Find Us On Social Media :

Kepulauan Sangihe dan Kerajaan Bawah Lautnya

By Adam Rizal, Selasa, 26 November 2019 | 10:15 WIB

Pemandu selam di Polnustar Diving Center, Herjumes A Atjin, melayang di atas hamparan terumbu karang di Desa Petta, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Deden Iman Wauntara/National Geographic Indonesia

Sambil menyeruput kopi, kami mendengarkan cerita Iba. Suaminya, Michal, turut bercerita dengan bahasa Indonesia walaupun patah-patah. Kami menyimak kisah keindahan alam bawah laut dan sejumlah pulau yang meraka anggap sangat indah.

Iba adalah pecinta snorkeling. Sangihe, ungkapnya, mempunyai potensi besar terkait pariwisata utamanya wisata bawah laut. Namun masih kurang dukungan dari pemerintah setempat, kshususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Untuk menjalankan usahanya sebagai pelaku wisata, ia mendapat dukungan dari Rektor Politeknik Nusa Utara berupa transportasi laut, alat selam, dan pemandu selam. Para pemandu selalu bersedia setiap ada tetamu, baik itu turis manca negara maupun Nusantara.“Hatarua Homstay itu bekerja sama dengan Politeknik Nusa Utara, rektornya mendukung dulu kami diundang untuk meeting,” kata Iba.

Sangihe, menurut perempuan yang jago memasak ini, memiliki banyak gunung, air terjun, kuburan prasejarah dan fosil. Pantai dan keindahan bawah lautnya mendatangkan potensi ekonomi untuk warga setempat seperti Pantai Pananuareng, gunung api bawah laut di Pulau Mahangetang. Sedangkan menurut Michal, sebelum memutuskan untuk tinggal di Sangihe mereka hampir saja tinggal dan menetap di Maluku. Di Sangihe lelaki ini jatuh cinta dengan keindahan alamnya.

“Aku suka karena pulaunya tidak kecil dan tidak terlalu besar, ada gunungnya, pantai dan lautnya apalagi keidahan terumbu karangnya masih bagus,” ujarnya.

Namun, mereka masih terkendala dalam mempromosikan wisata di Sangihe. Salah satunya soal jaringan komunikasi. Mereka ingin mengunggah foto atau video tentang alam dan keindahan wisata bawah laut di Sangihe, namun saat ini masih sangat sulit. “Di sini jaringan lambat, susah kalau mau upload foto-foto atau video,” keluh Iba, “Kita harus nunggu sampai tengah malam dan itu pun lama prosesnya.”

Dia berharap, program Palapa Ring Paket Tengah mampu memperluas dan menambah kapasitas jaringan sehingga memudahkan dirinya dan pelaku usaha lainnya untuk mempromosikan wisata di Sangihe.

Kami juga berkenalan dengan pemandu selam Polnustar Diving Center, Herjumes Atjin. Pria berperawakan kecil dengan rambut sebahu ini lebih dikenal dengan nama Ucil. Dia menceritakan kepada kami tentang terumbu karang, ikan kecil, ikan besar, sampai keindahan karang di sejumlah titik penyelaman di Sangihe.

“Di sini karangnya masih bagus-bagus, banyak ikan dan karangnya masih rapat-rapat semua,” ujarnya. Namun, bukan hanya ikan dan dugong yang ada Tabukan Utara, yang Ucil ceritakan, tetapi juga cerita tentang jangkar tua di Tabukan Timur, serta kapal tua yang karam di Pelabuhan Tua Sangihe. Satu lagi, gunung api bawah laut yang ada di Pulau Mahangetan. “Di sini itu masih ada banyak ikan, mulai ikan kecil sampai ikan besar, ada juga gunung api di bawah laut. Yah seperti surga di bawah lautlah,” tambahnya.

Awalnya Ucil adalah seorang pecinta alam, yang sering naik turun gunung. Namun, berkat cerita dan melihat gambar-gambar keindahan bawah laut yang ada di Sangihe, dia termotivasi untuk mencintai dan terjun menjadi pemandu wisata bawah laut.

“Dulu hanya lihat ikan-ikan, seperti hiu dan karang yang indah-indah itu hanya di televisi, sekarang saya bisa lihat langsung dan bisa dekat dengan ikan-ikan besar termasuk dugong,” kisahnya.