PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) memastikan tidak akan ada pengurangan karyawan seiring rencana perseroan melakukan transformasi bisnis dalam menyongsong era digital.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan transofrmasi bisnis digital yang dilakukan perseroan ini tidak menggantikan peran pekerja konvensional.
"Tidak akan ada PHK gara-gara digital karena pekerjaan yang dikerjakan mesin. Tapi sumber daya manusianya akan menjadi pendamping atau penyuluh digital banking kepada masyarakat," kata Sunarso di Gedung DPR, Jakarta.
Dia melanjutkan bahwa transformasi bisnis digital yang dilakukan sudah menjadi rencana bisnis perseroan.
"Transformasi bisnis ini bagian dari rencana kami untuk melayani masyarakat," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sunarso juga memaparkan pencapaian dan rencana kerja perseroan.
Pada kuartal III 2019, BRI mencatat laba bersih sebesar Rp24,80 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 5,36% secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp23,5 triliun.
Kemudian penyaluran kredit mencapai Rp903,14 triliun atau tumbuh 11,65%. Lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 8,59%, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bulan Agustus 2019.
Aset BRI juga tercatat mencapai Rp1.305,67 triliun atau tumbuh 10,34% secara tahunan. Serta untuk rasio perbankan lainnya, LDR BRI tercatat 94,15% dan CAR 21,89%.
Dalam kesempatan tersebut, Sunarso juga memaparkan rencana kerja perseroan pada 2020 yang ingin meningkatkan produktivitas dan mendorong UMKM naik kelas.
Dengan upaya ini, Bank BRI menargetkan laba bersih tumbuh 10-11 persen, meningkat dari proyeksi laba bersih tahun ini 8-9 persen.
Sementara pada segmen penyaluran kredit, BRI menargetkan tumbuh hingga 11 persen di 2020. Target ini juga lebih tinggi dari prognosa tahun ini yang hanya berada pada kisaran 9-10 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, BRI juga terus berupaya dalam menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) 2,4-2,5 persen di 2020, tercatat menurun dari target 2019 yang sebesar 2,5-2,65 persen.