Selama kurang lebih satu dekade terakhir, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg kerap membuat resolusi, atau target setiap tahunnya untuk menantang dirinya berkembang, terlepas dari rutinitas pekerjaan.
Beragam aktivitas sempat ia jadikan tantangan tahunan, seperti belajar bahasa Mandarin, memasak, hingga membangun sistem kecerdasan buatan (AI) di rumahnya.
Namun, tahun ini berbeda. Melalui sebuah postingan Facebook, Zuckerberg mengungkapkan bahwa ia tak akan mengejar resolusi pribadi di tahun 2020 ini.
"Meski saya senang menjalankan tantangan (pribadi) tahunan dalam dekade sebelumnya, kini waktunya untuk melakukan sesuatu yang berbeda," ujar Zuckerberg sebagaimana dikutip laman Facebook resmi Mark Zuckerberg.
Alih-alih resolusi, ia justru mencanangkan sejumlah rencana jangka panjang perusahaan yang ia rintis untuk menyelesaikan aneka masalah yang muncul di platformnya.
Salah satunya adalah membuat sistem pengawas dan pengaduan, disebut Zuckerberg sebagai Oversight Board. Lewat sistem ini, para "penghuni" Facebook nantinya bakal bisa "menuntut" atau melaporkan hal-hal yang melenceng dari norma dan nilai yang berlaku di Facebook, layaknya melayangkan gugatan ke pengadilan.
Zuckerberg yakin dengan sistem tersebut, platform besutannya bisa menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi siapapun, baik generasi muda maupun tua.
"Pada dekade ini, saya berharap untuk membangun sistem penataan komunitas Facebook (Oversight Board) dan hal serupa lainnya," tutur Zuckerberg.
"Jika berhasil, maka sistem ini akan menjadi model bagi komunitas online lainnya di masa depan," imbuhnya. Selain itu, pria kelahiran tahun 1984 ini juga punya rencana lainnya untuk membuat platform besutannya nikmat untuk "ditinggali".
Beberapa di antaranya adalah membangun sistem privasi yang lebih baik, berikut aneka fitur yang memudahkan pengguna untuk memanfaatkan beragam platform yang berada di bawah naungan Facebook.
Aneka masalah yang menimpa Facebook Nah, jika menilik ke belakang, Facebook sendiri agaknya memang harus berbenah.
Pasalnya, beberapa kasus yang menimpa Facebook, seperti yang terbesar skandal Cambridge Analytica pada 2018 lalu yang membocorkan 87 juta data penggunanya, semakin memperburuk citra jejaring sosial ini.
Apalagi tahun 2020 memang bertepatan dengan pilpres Amerika Serikat (AS), di mana kebijakan Facebook sendiri masih mengizinkan beragam iklan politik tayang di platformnya.
Sehingga, tak aneh memang jika para regulator terus mengawasi Facebook lantaran mungkin khawatir kasus dugaan campur tangan Facebook di pemilu AS lewat iklan politik pada 2016 silam bakal terulang kembali.