Find Us On Social Media :

CEO Google: Artificial Intelligence Akan Berbahaya Jika Tanpa Regulasi

By Adam Rizal, Jumat, 24 Januari 2020 | 15:30 WIB

Sundar Pichai (CEO Google)

Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat seperti saat ini, konsumen dibayang-bayangi ketakutan akan kehilangan privasi dan penyalahgunaan data pribadi.

Ketakutan ini ternyata juga dirasakan oleh CEO Google, Sundar Pichai. Dalam artikel yang ia tulis di Financial Times, Pichai mengingatkan dunia soal bahaya teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Tulisan Pichai ini menjadi ironi tersendiri mengingat Google yang ia pimpin merupakan salah satu produsen teknologi AI terbesar di dunia.

Dalam tulisannya, Pichai menyebut salah satu isu terbesar saat ini adalah keberadaan developer AI yang tidak terverifikasi. Golongan developer ini menjadi salah satu sumber utama masalah deepfakes alias memanipulasi manusia menggunakan AI hingga penyalahgunaan data pribadi untuk tindakan kriminal.

Ia juga mencatat soal bagaimana para konsumen teknologi sudah terbuai dengan kemudahan yang diberikan oleh elite teknologi lewat produk-produknya, mulai dari layanan komunikasi hingga kemampuan deteksi kanker payudara sejak dini. Padahal di balik kemudahan itu, ada banyak bahaya yang mengintai di dalamnya.

“Internet memang memudahkan kita semua untuk terkoneksi dengan siapa pun dan informasi apa pun dari mana pun, tapi kita juga akan lebih mudah terekspos dengan misinformasi yang semakin mudah menyebar,” tulis pemimpin Google itu di Financial Times.

Untuk menangani masalah itu, Pichai merekomendasikan pengembangan proposal untuk regulasi penggunaan AI. Upaya ini juga membutuhkan sinergi dari setiap negara di seluruh belahan Bumi, sehingga harus ada kesepakatan soal nilai-nilai regulasi itu.

“Perusahaan seperti kami tidak bisa hanya membangun teknologi baru yang menjanjikan dan membiarkan kekuatan pasar memutuskan bagaimana itu akan digunakan,” tegas Pichai.

Sebagai contoh, ia merujuk pada Undang-undang Perlindungan Data Umum (GDP) Eropa yang kerap menjadi tolok ukur regulasi keamanan global. Meski di sisi lain, ia juga menyebutkan berbagai masalah yang hadir karena undang-undang itu.

Intinya, ia menekankan aturan penggunaan AI harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti keamanan dan keadilan untuk menyeimbangkan potensi manfaat dan bahaya perkembangan teknologi. Saat ini, sudah banyak muncul kekhawatiran soal penggunaan machine learning dan algoritma aplikasi.

Machine learning bekerja dengan mengolah data aktivitas pengguna sehingga menghasilkan algoritma yang relevan dengan para penggunanya. Hal ini dilakukan oleh Facebook pada platform media sosialnya, dan juga Instagram.

Tidak hanya CEO Google yang sudah berupaya menjadikan teknologi sebagai industri yang lebih sehat ke depannya.

Perusahaan e-commerce raksasa, Amazon, juga sudah mengembangkan proposal aturan legislatif soal penggunaan teknologi macam pengenalan wajah.

Perusahaan milik Jeff Bezos itu mengundang perusahaan lain untuk bergabung dan menjalani peran mereka masing-masing untuk menegakkan peraturan bagi industrinya sendiri. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, tentu ini akan menjadi kekuatan untuk memberikan kesejahteraan bagi para konsumen teknologi.