Memasuki tahun 2020, perbankan mulai mematangkan rencana ekspansi bisnis digital. Selain untuk mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) lewat penghimpunan dana murah, pengembangan digital juga menjadi alat bagi perbankan untuk mencari tambahan pendapatan sekaligus langkah efisiensi beban operasional.
Guna mewujudkan hal tersebut, hampir setiap tahun perbankan kerap meningkatkan belanja modal alias capital expenditure (capex) teknologi informasi (TI). Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang menyatakan akan meningkatkan capex TI sebanyak 30% sampai 35% dari tahun lalu.
Catatan saja, tahun lalu bank berlogo pita emas ini setidaknya menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2,4 triliun. Anggaran tersebut merupakan separuh dari total belanja modal perusahaan yang menembus Rp 4,8 triliun. Bila dihitung, artinya tahun ini anggaran TI Bank Mandiri ada di kisaran Rp 3,12 triliun hingga Rp 3,24 triliun.
Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Rico Usthavia menjelaskan, sebagian besar kenaikan tersebut akan digunakan untuk pengembangan digital banking perusahaan.
Artinya, tahun ini Bank Mandiri akan lebih gencar memperbaharui pelayanan digital serta menambah fitur layanan digital banking terutama dari sisi kredit. "Tambahan itu juga termasuk digital financing alias kredit, dari sisi aset" tuturnya kepada Kontan.
Rico juga menjelaskan, sejak tahun lalu pun pihaknya sudah menyiapkan rancangan tersebut. Caranya yakni dengan bekerjasama dengan beberapa e-commerce dan perusahaan teknologi finansial (tekfin) untuk penyaluran kredit.
"Di salah satu e-commerce, kami sudah menjadi digital financing," jelasnya.
Asal tahu saja, Bank Mandiri di awal tahun 2019 pun sudah menggandeng dua perusahaan situs belanja daring di Tanah Air yakni Tokopedia dan Bukalapak guna mendorong penyaluran kredit.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengungkap peta bisnis pengembangan teknologi perseroan antara lain peningkatan kapabilitas digital banking, penguatan aspek keamanan informasi, serta konsolidasi perangkat dan infrastruktur perusahaan.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI Dadang Setiabudi menjelaskan, setidaknya ada dua fokus utama perseroan tahun ini dari sisi digital. Pertama, perluasan open banking yang akan menyasar pada ekosistem digital melalui kerjasama dengan e-commerce, tekfin hingga perusahaan rintisan lewat pemanfaatan API (application programming interface).
Kedua yakni omni banking, singkatnya BNI bakal menyasar pada kapabilitas layanan channel bank seperti mobile banking dan internet banking. "Ini untuk memberikan customer experience yang lebih mudah, nyaman dan standar yang sama," tutur Dadang.
Tahun lalu, BNI memang gencar melakukan ekspansi digital guna menjaring dana murah. Salah satunya lewat pengadaan mesin pembukaan rekening secara digital (BNI Sonic).
Tahun ini, Dadang menjelaskan pihaknya akan melakukan digitalisasi dari sisi pembiayaan khususnya bagi sektor riil pelaku UMKM. "Cara ini untuk mensukseskan program pemerintah seperti kredit usaha rakyat (KUR) yang akan kami lakukan dalam bentuk digital loan," tegasnya.
Sebelumnya BNI menyebut tahun 2020 capex TI bakal naik 13% dari anggaran 2019 yang mencapai Rp 1 triliun. Memakai asumsi tersebut, artinya BNI bakal menganggarkan belanja modal TI sekitar Rp 1,13 triliun.
Tak ketinggalan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga punya rencana serupa. Direktur TI dan Operasional BTN Andi Nirwoto menuturkan pihaknya akan memperluas channel perbankan elektronik khususnya mobile banking. Namun di samping itu, perseroan lebih mengincar segmen nasabah milenial. "Kami tetap akan fokus pada ekosistem kami yaitu perumahan," jelasnya.
Adapun, BTN sebelumnya menjelaskan total anggaran TI tahun ini mencapai Rp 500 miliar. Meningkat dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 300 miliar sampai Rp 400 miliar.