Find Us On Social Media :

Tokoh Di Balik Akuisisi Red Hat Gantikan Ginni Rometty Sebagai CEO IBM

By Liana Threestayanti, Jumat, 31 Januari 2020 | 15:15 WIB

Ginni Rometty mengundurkan diri sebagai CEO IBM, digantikan Arvind Krishna. Jim Whitehurst, CEO Red Hat, akan menjadi Presiden IBM.

Terhitung 6 April 2020, Virginia “Ginni” Rometty secara resmi mundur dari posisi CEO IBM. Ia akan digantikan oleh Arvind Krishna yang saat ini menjabat sebagai Senior Vice President, Cloud & Cognitive Software.

Sementara Jim Whitehurst yang saat ini menduduki posisi President & CEO Red Hat akan menjadi President IBM. Sebagai catatan, IBM menyelesaikan akuisisi senilai US$34 miliar terhadap Red Hat pada bulan Juli tahun lalu.

Ginni Rometty, 62, diangkat sebagai President & CEO IBM pada 1 Januari 2012, menggantikan Sam Palmisano. Sarjana Ilmu Komputer dan Teknik Elektro dari Northwestern University ini telah bekerja di IBM selama 40 tahun dengan pengalaman di berbagai bidang, seperti penjualan, pemasaran, dan strategi. Selepas dari posisi CEO, Ginni akan tetap menjadi Executive Chairman sampai memasuki masa pensiun pada akhir tahun ini.

Di antara deretan prestasi Ginni Rometty, seperti dirilis oleh Washington Post, adalah akuisisi terhadap 65 perusahaan, membangun bisnis hybrid cloud yang bernilai US$21 miliar, dan transisi portofolio perusahaan menuju bisnis dengan nilai yang lebih tinggi.

Sang pengganti, Arvind Krishna, disebut IBM sebagai orang penting di balik akuisisi Red Hat, yang tercatat sebagai akuisisi terbesar IBM. “Arvind adalah CEO yang tepat untuk era berikutnya bagi IBM,” ujar Ginni Rometty seperti dikutip dari laman Washington Post.

Bergabung dengan IBM pada tahun 1990, Arvind juga tokoh penting di balik pengembangan teknologi-teknologi yang akan menjadi andalan IBM di masa depan, seperti Artificial Intelligence, cloud, quantum computing, dan blockchain. Menurut data di situs IBM, Arvind Krishna memiliki 15 paten di bidang teknologi.

Mundurnya Ginni Rometty sekaligus menandai semakin berkurangnya jumlah CEO perempuan di perusahaan-perusahaan publik berskala besar. Perusahaan riset dan advokasi, Catalyst, mencatat sampai dengan tanggal 15 Januari lalu, hanya ada 29 perempuan, termasuk Ginni Rometty, yang berada di posisi pemimpin di 500 perusahaan bermodal besar (S&P 500 Companies). Angka ini kurang dari 6% dari jumlah keseluruhan CEO di S&P 500 Companies.