Find Us On Social Media :

Profesor ITB ini Curhat ke Jokowi Cuma Dapat Dana Riset Sawit Rp1 Juta

By Adam Rizal, Minggu, 2 Februari 2020 | 15:30 WIB

Presiden RI Joko Widodo

Profesor Institut Teknologi Bandung (ITB) Subagjo curhat ke Presiden Joko Widodo tentang dana penelitian. Subagjo merupakan guru besar di ITB yang mengembangkan katalis untuk mengkonversi sawit menjadi bahan bakar nabati.

Subagjo mengaku takjub saat menerima bantuan hingga Rp46 miliar dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Rp8 miliar dari PT Pertamina (Persero) untuk penelitian. Pasalnya, selama ini bantuan yang diterima timnya tak lebih dari Rp1 juta.

"Sebelumnya kita dapat bantuan, cuma dapat Rp1 juta. Jadi Rp46 miliar itu kami rasa sangat besar," ujar Subagjo dalam 'Rakornas 2020 Integrasi Riset dan Inovasi Indonesia' di Graha Widya Bhakti, Puspitek, Tangerang Selatan, Kamis (30/1).

Jokowi bergurau bahwa angka Rp46 miliar sebenarnya sangat kecil. Apalagi dana sawit yang dimiliki BPDPKS, kata dia, mencapai hampir Rp35 triliun. Oleh karena itu, Jokowi telah meminta agar dana itu diperbanyak untuk pengembangan katalis.

"Dana sawit kita mendekati Rp35 triliun. Untuk apa disimpan saja. Saya sudah perintahkan perbanyak bantuan ke ITB untuk katalis," katanya.

Mengetahui respons positif Jokowi, Subagjo pun menyampaikan keinginan untuk membangun pabrik katalis sendiri.

"Kalau begitu kami butuh sangat besar. Kami ingin membangun pabrik katalis. Sejak lama saya ingin ada pabrik katalis, Pak," ucap Subagjo.

Jokowi pun menyatakan ikut memberi bantuan berupa uang untuk pengembangan katalis kepada Subagjo dan timnya di ITB. Meski tak memperinci jumlah uang yang diberikan, Jokowi memastikan nominal uang itu lebih dari jutaan.

"Spontan dipikir tadi pagi, saya pikir beri uang aja. Jangan khawatir, Prof, tidak mungkin saya memberi (dalam jumlah) juta," tutur Jokowi yang disambut tawa peserta rakornas.

"Silakan pakai untuk penelitian. Ini hadiah penghargaan untuk, prof, dan tim dalam penelitian B20, B30 dan nanti seterusnya. Ini beda dari dana sawit dan Pertamina," lanjutnya.