Find Us On Social Media :

CEO Xiaomi Dorong Industri Smartphone China Segera Beroperasi

By , Jumat, 14 Februari 2020 | 09:30 WIB

CEO Xiaomi Lei Jun kenakan masket saat peluncuran Mi 10 dan Mi 10 Pro

CEO Xiaomi Lei Jun mendesak industri ponsel pintar China untuk kembali beroperasi secepat mungkin, karena wabah virus corona telah mengganggu kegiatan produksi mereka.

Hal itu dia sampaikan saat peluncuran Mi 10, Senin (10/2). Pada awal acara, Lei, yang berasal dari provinsi Hubei tempat virus itu menyebar, mengenakan masker wajah untuk menunjukkan dukungan untuk memerangi krisis kesehatan tersebut.

“Saya dari Hubei dan menghabiskan empat tahun di Wuhan di perguruan tinggi, jadi perasaan saya terhadap Wuhan cukup dalam," kata Lei dalam sambutannya, dikutip dari Reuters, Kamis.

“Saya percaya Wuhan adalah kota yang mulia, dan saya lebih percaya bahwa orang-orang yang berani dan optimistis di Wuhan pasti bisa melawan virus ini," Lei menambahkan.

Wuhan sendiri terkait langsung dengan Xiaomi. Pada Desember 2019 kemarin, Xiaomi membuka kantor pusat kedua di Wuhan, yang saat ini memiliki sekitar 2.000 karyawan.

Akibat wabah virus Corona, pabrik dan pemasok Xiaomi di sebagian besar China, termasuk sektor ponsel cerdas, memang menangguhkan produksi. Meskipun pembatasan perjalanan telah dilonggarkan di beberapa daerah pekan ini, pekerja migran mengalami kesulitan untuk kembali bekerja, dan banyak toko maupun pusat perbelanjaan masih ditutup.

Analis industri memperkirakan, wabah virus Corona ini menyebabkan pengiriman smartphone di daratan China turun sekitar 40 persen pada kuartal pertama dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tak kepas dari gangguan rantai pasokan dan kepercayaan konsumen yang menurun.

Xiaomi dan rival-rivalnya di dalam negeri, termasuk Huawei, Oppo, dan Vivo, berharap dapat meningkatkan penjualan pada 2020 dengan merilis lebih banyak ponsel 5G yang kompatibel dengan infrastruktur telekomunikasi China yang baru ditingkatkan.

Xiaomi dalam pengajuan bursa saham, Kamis, mengharapkan pendapatan pada 2019 melebihi 200 miliar yuan, naik dari 174,9 miliar yuan tahun sebelumnya.