Find Us On Social Media :

Perangkat Wearable Paling Laku di Asia Pasifik, Ini Alasannya

By Liana Threestayanti, Jumat, 14 Februari 2020 | 18:30 WIB

Ada dua alasan mengapa produk wearable laku keras di Asia Pasifik.

Ternyata ada dua alasan mengapa produk wearable seperti smartwatch dan fitness tracker laku keras di pasar Asia Pasifik: harga murah dan longgarnya aturan tentang privasi data.

Smartwatch dan fitness tracker adalah dua perangkat wearable yang paling sering dibahas. Dalam laporan berjudul Wearable Tech-Thematic Research, GlobalData menyebut smartwatch sebagai produk yang mendominasi dan pemilik pangsa pasar terbesar di segmen ini. Jam tangan pintar ini juga menjadi pendorong utama sehingga pasar wearable diprediksi GlobalData akan tumbuh dengan CAGR 19% sepanjang 2018-2023.

Sementara itu, prestasi fitness tracker tak secemerlang empat tahun lalu. Ia kalah dari smartwatch di sisi penjualan. Namun dalam hal tingkat penggunaan sehari-hari, jenis wearable yang satu ini sebenarnya mengalami peningkatan.

Banyak produsen fitness tracker kini mengeksplorasi peluang pertumbuhan di sektor layanan healthcare atau kesehatan. Akuisisi Google terhadap Fitbit tahun lalu setidaknya karena raksasa search engine tersebut melihat eksistensi Fitbit yang kuat di pasar layanan kesehatan di AS.

Rupantar Guha, Senior Analyst Thematic Research, GlobalData, mengatakan, “Permintaan pasar untuk fitness trackers sedang tumbuh di Asia Pasifik, sementara penjualan di Amerika dan Eropa justru menurun.” Guha menambahkan bahwa smartwatch pun meningkat traksinya di kawasan ini. Hal itu terjadi karena derasnya  gelontoran produk-produk dari China yang harganya relatif lebih terjangkau.

“Dalam hal regulasi, Asia Pasifik masih jauh untuk mengadopsi standar GDPR, sehingga kawasan ini menjadi pasar yang menarik bagi vendor wearable yang ingin mengeksploitasi data pelanggan,” jelas Rupantar Guha.  

Pasar berkembang, khususnya Asia Pasifik, memang memperlihatkan peluang pertumbuhan terbesar bagi perangkat wearable. Namun di pasar China dan India, vendor global harus bertarung keras dengan produsen lokal. Pasalnya, mayoritas konsumen di kawasan ini sensitif terhadap harga dan tidak membeli smartwatch dengan harga premium. Di segmen fitness trackers, Fitbit dari Google harus berhadapan dengan Titan, produsen fitness tracker asal India.

Di kawasan Asia Pasifik, banyak konsumen tidak sanggup membeli Apple Watch terbaru, tapi permintaan pasar untuk smartwatch dengan harga lebih terjangkau malah tinggi dan belum terpenuhi. Merek-merek China, seperti Xiaomi, Huami, dan Huawei, yang menawarkan model-model smartwatch dengan harga lebih terjangkau, membidik pasar ini.

Namun harus diakui bahwa Apple masih akan memimpin pasar jika dihitung berdasarkan revenue (pendapatan) karena harga premium yang disandang oleh Apple Watch. Guha juga melihat adanya kontribusi dari basis pelanggan loyal Apple yang juga tumbuh di Asia Pasifik

Selain smartwatch dan fitness tracker, perangkat wearable lainnya yang mulai menarik perhatian pasar adalah hearable (wireless, in-ear headphones) dan smart glass. Untuk memacu pertumbuhan, vendor hearable mulai menjajaki pemanfaatan yang lebih luas untuk perangkatnya, misalnya untuk memantau kebugaran. Bahkan GlobalData memperkirakan hearable dapat melampaui kinerja smartwatch di pasar layanan health monitoring.

Sedangkan untuk smart glass, adopsinya masih rendah akibat sikap ambivalen konsumen yang berujung pada harga tinggi, pertimbangan privasi, dan  masih terbatasnya contoh penerapan kaca mata pintar.

Wearable mengumpulkan data pribadi dalam jumlah yang signifikan, dan ini membuatnya jadi target para regulator. Didorong oleh GDPR, vendor wearable seperti Strava, Fitbit, Garmin and Oculus mendesain ulang kebijakan privasinya. Vendor dengan kebijakan data yang transparan akan memperoleh kepercayaan konsumen dan pada akhirnya akan mendorong penjualan perangkatnya,” ujar Guha.

Sikap Asia Pasifik yang relatif lebih longgar terhadap aturan data privacy akan mengundang lebih banyak vendor wearable berekspansi ke kawasan ini dalam dua tahun ke depan. “Tapi perusahaan harus siap mengikuti aturan-aturan lokal yang akan semakin ketat, dan sepertinya akan bervariasi antara satu negara dengan negara lain,” Rupantar Guha mengungkapkan tantangan yang akan dihadapi para vendor wearable.