Find Us On Social Media :

Gunakan Blockchain, Ditjen Bea Cukai Pangkas Biaya, Tingkatkan Transparansi Logistik

By Liana Threestayanti, Rabu, 19 Februari 2020 | 15:45 WIB

Tan Wijaya, Presiden Direktur IBM Indonesia (paling kanan), bersama Agus Sudarmadi, Direktur Informasi Ditjen Bea dan Cukai.

Direktorat Jendral Bea danCukai mengimplementasikan platform digital shipping berbasis teknologi blockchain.

Langkah ini menjadikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia sebagai lembaga pemerintah ketiga di Asia Tenggara yang menggunakan platform digital berbasis teknologi blokchain.

Penerapan platform TradeLens yang dikembangkan oleh IBM bersama perusahaan logistik global A.P. Moller – Maersk ini merupakan upaya Ditjen Bea & Cukai dalam rangka menjawab beberapa tantangan yang dihadapi sektor logistik dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Ditjen Bea dan Cukai, Agus Sudarmadi mengemukakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah biaya logistik yang tinggi. “Dalam catatan kami, logistic cost kita itu mencapai hampir 25%,” ujar Agus.

Tahun lalu, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengungkapkan biaya logistik di Indonesia yang mencapai 24% dari total  Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp 1.820 triliun per tahun merupakan biaya logistik paling tinggi di dunia. Biaya logistik di Indonesia jauh  lebih  tinggi  dibandingkan, misalnya, dengan Malaysia yang hanya 15%, serta AS dan Jepang masing-masing sebesar 10%.

Isu, seperti middleman, penghubung, dalam rantai pasok disebut Agus sebagai salah satu penyebab tingginya biaya logistik. “Ketika kita dapat memangkas ongkos ini, at the end of the day, logistic cost ini kami pastikan bisa turun,” imbuhnya. 

Persoalan lain yang kerap dihadapi adalah pemrosesan dokumen pengiriman barang yang kompleks karena melibatkan banyak pihak, antara lain penyedia transportasi darat, freight forwarder, customs broker (di Indonesia disebut dengan PPJK), pelabuhan, dan ocean carriers. Komunikasi point-to-point yang dilakukan oleh pemilik barang dengan pihak-pihak tadi juga membuat pemrosesan berjalan lambat.  

Dengan TradeLens berbasis blockchain ini, menurut Agus Sudarmadi, arus data sudah bisa diperoleh sejak awal dengan tingkat kepercayaan (trust level) tinggi, dan data disebar ke berbagai pihak di dalam ekosistem secara real time

Pihak yang berwenang akan menerima data pengiriman sesaat sesudah kontainer meninggalkan pelabuhan keberangkatan. Hal ini akan memberikan Ditjen Bea dan Cukai lebih banyak waktu untuk mempersiapkan penerimaan pengiriman barang. Sehingga, pemeriksaan bea cukai untuk mencegah penipuan dan pemalsuan menjadi lebih efisien serta menyeluruh. Selain itu, proses pencatatan penerimaan cukai menjadi lebih konsisten dan transparan.

Menurut Agus, terkumpulnya data-data supply chain logistik nasional ini akan lebih memudahkan Ditjen Bea dan Cukai maupun pemerintah Indonesia untuk membuat kebijakan, memberikan fasilitas, dan melakukan pengawasan. “Ketimbang jika kita melakukannya dalalm sistem yang bersifat siloed,”imbuhnya.

“TradeLens adalah satu platform yang memungkinkan semua pihak dalam ekosistem ini bisa bergabung, baik dari sisi customs, shiping line, perbankan, dan lain-lain semua dalam satu platform yang sama, sehingga dokumen ini akan sangat mudah dipertukarkan dan lebih transparan, sehingga prosesnya jauh lebih efisien,” jelas Tan Wijaya. Presiden Direktur IBM Indonesia.

Tan memaparkan dari sejak TradeLens ditawarkan sampai saat ini, sudah ada lebih dari 100 juta transaksi berjalan di atas platform tersebut dan sudah ada lebih dari 14 ribu shipping line yang bergabung di dalam ekosistemnya.

“Kami bangga dapat berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing di sektor logistik, baik di tingkat domestik maupun internasional. Kami percaya bahwa TradeLens dan penerapan teknologi blockchain dalam berbagai bentuk akan menguntungkan semua pemangku kepentingan di seluruh ekosistem logistik dan mendorong modernisasi perdagangan secara menyeluruh di berbagai tingkatan. Kami juga berharap industri lain akan segera menyadari pentingnya adopsi teknologi blockchain yang bisa membantu pelaku bisnis dalam mendefinisikan kembali keterkaitan mereka di pasar melalui peningkatan kepercayaan, transparansi, dan kolaborasi baru,” ujar Tan Wijaya

“TradeLens akan membantu memberikan visibilitas, prediktabilitas, dan keamanan lebih lanjut kepada kami dan akan menjadi aset nyata untuk memfasilitasi perdagangan dan transportasi. Selain itu, kami berharap ini bisa menjadikan Indonesia sebagai gerbang logistik dan transportasi pilihan di Asia Tenggara. Hal ini juga akan membantu kami dalam memfasilitasi perdagangan dan mempromosikan sistem logistik nasional sekaligus berkontribusi pada pengembangan ekonomi nasional. Tentunya sembari memenuhi standar terbaru yang ditetapkan oleh World Customs Organisation (WCO) atau Organisasi Pabean Dunia,” kata Agus Sudarmadi.