Find Us On Social Media :

Gandeng Volocopter, Grab Bakal Uji Coba Taksi Terbang di Asia Tenggara

By Adam Rizal, Jumat, 21 Februari 2020 | 16:00 WIB

Volocopter

Grab menggandeng startup asal Jerman Volocopter untuk menguji coba layanan taksi terbang di Asia Tenggara. Volocopter menargetkan penerbangan komersial bisa dilakukan pada 2022.

Volocopter juga telah mendemonstrasikan helikopter listriknya (Eelectric vertical take-off and landing/eVTOL) di Singapura pada September 2019. Saat itu, perusahaan menyediakan landasannya yang disebut VoloPort.

Helikopter listrik itu dikembangkan Volocopter sejak 2011. eVTOL bahkan sudah diuji coba terbang melewati Dubai, Helsinki, Las Vegas, dan Stuttgart. Kali ini, Volocopter bekerja sama denga perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab mengkaji pasar taksi terbang di regional. Keduanya mempelajari rute yang paling cocok untuk layanan taksi udara ini.

Kedua startup itu juga mengevaluasi perpajakan yang pas untuk layanan taksi terbang tersebut.

"Kolaborasi ini juga menawarkan potensi kerja sama yang jauh lebih besar yang akhirnya dapat memperluas mobilitas antarmoda di udara," kata CEO Volocopter Florian Reuter dikutip dari The Verge. CEO Grab Ventures Chris Yeo menyampaikan bahwa ada kemungkinan pengembangan solusi mobilitas udara di perkotaan lewat kerja sama ini. “Mereka dapat memutuskan pilihan perjalanan berdasarkan anggaran, kendala waktu dan kebutuhan lainnya, dengan cara yang mulus,” kata seperti dikutip TechCrunch..

Volocopter menargetkan penerbangan komersial dimulai pada 2022. Penumpang bisa terbang dari satu VoloPort ke VoloPort lainnya.

Pada 2035, Volocopter menargetkan telah miliki puluhan VoloPort di Singapuradan menangani 10 ribu penumpang per hari.

Selain Grab, Uber berencana meluncurkan layanan taksi terbang pada 2023. Startup berbagi tumpangan (ride hailing) berkolaborasi dengan sejumlah mitra, termasuk Volocopter.

Banyak perusahaan teknologi yang berupaya meluncurkan layanan serupa. Namun, beberapa di antaranya gagal atau molor dari tenggat waktu.

Kitty Hawk misalnya, mengkaji kembali rencana layanan transportasi udara karena ada laporan kerusakan, kebakaran baterai dan lainnya. Kitti Hawk merupakan perusahaan mobil terbang yang didukung salah satu pendiri Google, Larry Page.

Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Zunum Aero juga berjuang mengumpulkan dana untuk mengembangkan layanan serupa.

Bahkan, perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK karyawan setelah Boeing mundur sebagai penyokong.