Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/ BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan Presiden Joko Widodo setuju Drone Elang Hitam dan industri pemurnian garam menjadi prioritas pengembangan inovasi nasional dalam lima tahun ke depan.
Bambang mengatakan Jokowi mengungkapkan hal tersebut dalam rapat terbatas antara dirinya dengan Jokowi. Drone Elang Hitam dan industri garam merupakan hasil pengkajian riset oleh Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Akhirnya dipilih oleh presiden untuk diprioritaskan lebih lanjut terutama untuk implementasi, Drone Elang Hitam dan Garam Industri Terintegrasi," ujar Bambang kepada awak media di Kantor BPPT, Jakarta.
Bambang mengatakan inovasi penting untuk mendorong kemampuan Indonesia menghadapi kompetisi global. Bambang mengatakan Global Competitive Index (GCI) Indonesia menurun lima peringkat. Pada 2018, Indonesia berada di peringkat 45, pada 2019 Indonesia turun ke peringkat 50.
Bambang mengatakan menurunnya GCI ini disebabkan oleh kapabilitas inovasi di Indonesia yang juga mandek. Ia mengatakan kapabilitas inovasi Indonesia menduduki peringkat 74 dari 141 negara.
"Sebagian dari negara-negara ASEAN, itu ada di atas Indonesia. Jadi pekerjaan rumah kita terkait inovasi memang masih merupakan perjalanan panjang dan perjalanan yang tidak mudah," kata Bambang.
BPPT saat ini bersama konsorsium sedang melakukan pengembangan dan penguasaan teknologi agar mampu memproduksi drone di dalam negeri. Pada 30 Desember 2019, pesawat udara nirawak (PUNA) tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang hitam ditampilkan.
Selain BPPT, konsorsium yang memproduksi Elang Hitam beranggotakan Kementerian Pertahanan yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, TNI-AU (Dislitbangau), ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri.
Pada 20 Desember 2019, BPPT juga membangun pilot project pabrik garam di Gresik Jawa Timur. Hammam mengatakan proyek ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan garam nasional dan menggantikan impor garam.
Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan pabrik ini mendorong agar petani garam memiliki, dan menyimpan garam dalam bentuk garam industri. Produk garam dalam negeri secara kuantitas belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Sementara itu dari sisi kualitas, garam lokal belum memenuhi garam industri. Dikarenakan, kandungan NaCl yang lebih rendah dan pengotor (impurities) yang melebihi standar.
BPPT bekerja sama dengan PT. Garam, pembangunan pilot project ini menjadi model peralatan proses pemurnian dengan skala produksi 40 ribu ton per tahun.
Lebih lanjut dituturkan Hammam saat ini pihaknya juga tengah menyiapkan pembangunan pilot project garam industri terintegrasi.
"Kami tengah mengkaji terap pilot project garam industri yang dapat menghasilkan berbagai produk turunan garam menjadi bahan baku obat, bahan farmasi, minuman isotonik, dan lainnya. Sehingga secara ekonomis pemanfaatan seluruh mineral garam akan lebih dapat dimanfaatkan secara optimal," ujar Hammam.