Serangan siber terus mengancam keamaman digital di Indonesia tahun ini. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat kasus serangan siber di Indonesia sebanyak 296 juta pada tahun lalu.
Hinsa Siburian (Kepala BSSN) mengatakan BSSN hadir untuk melindungi ruang siber di Indonesia yang senantiasi diincar serangan siber dan menjaga 11 objek vital nasional secara digital. Ia mengakui ruang siber bisa mendatangkan keuntungan dan kerugian bagi Indonesia.
"Tahun lalu, bisnis digital di Indonesia memberikan kontribusi 40 Miliar Dolar AS tetapi jumlah serangan siber ke Indonesia mencapai 296 juta kasus. Satu sisi siber bisa menjadi peluang kesejahteraan tapi sisi lain bisa jadi ancaman bagi," katanya dalam ajang DataSecurAI 2020 di Jakarta, Rabu (4/3).
Hinsa mengakui pola serangan siber saat ini pun sudah mempengaruhi emosi korban dengan membuat konten-konten yang hoaks. Modus serangan siber Estom (Emosi, sikap, tingkah laku, opini dan motivasi) sangat masif di dunia maya Indonesia.
"Serangan ini bisa merubah emosi orang. Orang didoktrin dengan konten-konten radikal dan akhirnya mau jadi pelaku bom bunuh diri," ujarnya.
Karena itu, BSSN akan terus bersinergi dengan stakeholder terkait untuk menjaga ruang siber di Indonesia. BSSN juga telah membuat nasional security operation center yang memantu pergerakan ancaman siber di Indonesia.
BSSN juga terus meningkatkan edukasi dan literasi tentangan keamanan siber kepada perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia.
"Kami juga akan terus mencegah kebocoran data dan mengamankan data jangan sampai bocor dan dirusak," ujarnya.
DataSecurAI 2020
DataSecurAI 2020 merupakan acara Summit terbesar di awal tahun 2020 yang membahas tentang artificial intelligence (AI), Data Analytics, Cyber Security, Clouds & Fintech yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Merak Room, Basement Lower Lobby pada 4 Maret 2020.
“Jika DataGovAI tahun lalu, mengundang Global, Regional, Domestik Speakers dari 14 negara lebih, maka karena adanya CoVID 19, Data SecurAI 2020 menghadirkan 99% pembicara Domestik dari Indonesia, khususnya Jakarta agar menjadi aman dan mudah bagi para peserta dan pembicara,” kata Ketua Asosiasi Big Data & AI (ABDI) Rudi Rusdiah.
"Dunia sedang memasuki perubahan global yang sangat besar karena ledakan Internet dan Data dan juga meningkatnya peranan AI (Artificial Intelligent), yang mungkin sangat bermanfaat sekaligus mengganggu, mendisrupsi dan mengubah hidup kita, perusahaan bahkan Pemerintah,” kata Ketua Asosiasi Big Data & AI (ABDI) DR. Rudi Rusdiah.
Pada kesempatan berbeda, Rudi Rusdiah menyampaikan, mengenai isu-isu strategis yang dibahas, antara lain RegTech (Regulatory Technology) menjadi isu strategis terutama didunia Financial dan Monetory Perbankan, karena dengan semakin gencarnya Digital Transformasi dan Disrupsi di dunia Financial Perbankan, maka dunia Cybercrime juga ikut meningkatkan kemampuan para hackers dan crackers untuk melakukan penetrasi, fraud dan lainnya, sehingga regulator juga harus meningkatkan kemampuan di teknologi regulasi dan data governance, meliputi KYC, AML, Perlindungan Data Privacy dan Proteksi Data Entreprise.