Find Us On Social Media :

Apa saja Tantangan Implementasi Artificial Intelligence di Indonesia?

By Adam Rizal, Rabu, 4 Maret 2020 | 21:30 WIB

Ketua Asosiasi Big Data Indonesia (ABDI), Rudi Rusdiah,

Ketua Asosiasi Big Data Indonesia (ABDI), Rudi Rusdiah, menilai perkembangan Artificial Intelligence (AI) di Indonesia sudah bagus walaupun masih terbatas pada sektor tertentu. Ia berani mengklaim perkembangan AI di Tanah Air lebih bagus dari Eropa meskipun dalam level tertentu.

"Perkembangan AI di Indonesia sudah bagus jika dibandingkan dengan negara lain di Eropa. Kalau berdasarkan data dari IDC sudah sebesar 24,6 persen," kata Rudi kepada Cyberthreat.id di DataSecureAI 2020 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (4 Maret 2020).

Saat ini, kata dia, terapan AI di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan di sektor keuangan dan bisnis saja. Padahal, pemanfaatan AI bisa jauh lebih luas yang akan sangat membantu di berbagai bidang guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Misalnya pemanfaatan AI di sektor e-commerce dan ekonomi digital, sektor logistik seperti Gojek, kemudian di sektor Perbankan dan finansial.

"Mereka semua mengimplementasikan AI untuk memenangkan persaingan usaha," kata Rudi.

Masalah lainnya adalah implementasi AI di Indonesia masih belum merata. Contohnya di sektor kesehatan yang kini sudah jauh lebih advanced menggunakan revolusi industri 4.0 lewat teknologi Cloud, Big Data, Analytics, IoT, hingga robotik dan komputerisasi.

"Di bidang kesehatan pemanfaatan AI dan Big Data ini bisa dimanfaatkan dalam riset kesehatan, pembuatan obat, serta deteksi dan pencegahan penyakit. Harus ditingkatkan untuk pembuatan obat juga misalnya. Walaupun riset sudah banyak namun untuk implementasinya masih kurang," ujarnya.

ABDI sebagai salah satu stakeholder AI di Indonesia terus mendorong implementasi AI, Big Data, dan Analytics di Indonesia melalui kolaborasi antar stakeholder. Rudi berharap Indonesia bisa lebih memasyarakatkan AI kepada seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah.

"Melalui acara hari ini kami ingin menjalin kerja sama serta kolaborasi kementerian dan lembaga untuk implentasi dan pemanfaatan AI di Indonesia."

AI dan Cybersecurity

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, mengatakan pemerintah akan selalu mendukung upaya kolaborasi dengan multi stakeholder guna memberikan pertukaran informasi dan sharing knowledge terkait dengan keamanan ruang siber (cyberspace) nasional. Salah satunya adalah implementasi AI dan Big Data terkait deteksi ancaman siber di Indonesia.

"Kolaborasi dari setiap pihak diperlukan. Kolaborasi dan sinergi dari kalangan akademisi, kalangan bisnis, pemerintah, asosiasi, dan komunitas bisa diwujudkan melalui forum-forum dan kegiatan seperti ini," kata Hinsa saat membuka DataSecureAI 2020.

Salah satu implementasi AI oleh BSSN adalah melalui Big Data dan Analytics di dalam operasional Indonesia Honeynet Project (IHP). Di situ, kata Hinsa, AI digunakan untuk "mendeteksi malware dan segala anomali terkait serangan siber yang masuk ke Indonesia".

Rudi memuji langkah BSSN yang telah menggunakan AI dalam level yang lebih lanjut di bidang cybersecurity. BSSN, kata dia, menerapkan AI dengan sangat baik sehingga harus menjadi contoh bagi lembaga lain dalam mencapai efisiensi dan efektivitas.

"Deteksi (serangan siber) itu bisa menggunakan AI. Menyelidiki serangan melalui algoritma yang diajarkan untuk mendeteksi seperti apa serangan yang mungkin hadir di ranah siber. Jadi deteksi ini belajar dari serangan-serangan yang terjadi sebelumnya sehingga AI akan lebih cepat belajar dan memberitahukannya."