Sejak beberapa tahun lalu, digital transformation (transformasi digital) menjadi langkah penting yang harus dilakukan berbagai perusahaan dari berbagai industri untuk menjawab tantangan di era disrupsi.
Setalah digital transformation, kini muncul istilah baru yang disebut dengan digital innovation (inovasi digital) yang nantinya akan membuat berbagai perusahaan menuju ke arah istilah baru ini.
“Kenapa sekarang kita berubah ke digital innovation? Karena sekarang sudah bukan zamannya bertransformasi. Sekarang semua sudah digital sehingga tinggal bagaimana mereka (perusahaan) bisa berinovasi agar bisa lebih unggul dibanding kompetitor mereka yang ada di pasaran saat ini. So, we called digital innovation,” kata Kurniawan Darmanto selaku Manager Systems Engineering Fortinet Indonesia saat presentasinya di acara ICION (Indonesia CIO Network) 2020 di Nusa Dua, Bali.
Meski digital innovation akan makin jadi penting dilakukan perusahaan, Kurniawan mengungkapkan bahwa sebenarnya secara tidak langsung hal itu akan menambahkan berbagai tantangan atau risky (resiko).
Terkait hal tersebut, jika berdasarkan Fortinet ada empat kategori besar yakni digital attack services, sophisticated for advanced threat, ecosystem complexcity, dan related compliance.
Seperti sophisticated for advanced threat misalnya. “Perkembangan threat itu yang membuat sophisticated, advanced segala macem itu sudah nggak bisa ditangkal dengan suatu solusi yang hanya ‘Oh saya update signature base setelah itu udah aman’. Itu nanti bukan eranya lagi,” jelas pria yang akrab disapa Wawan itu.
Selain itu, seperti ecosystem complexity. “Kita biasa temuin perusahaan yang di user adminnya berbeda-beda. Adminnya platform 1 si A, adminnya platform 2 si B, adminnya platform 3 si C. Alhasil, kalo mereka bertiga tidak komunikasi, itu jadinya missconfiguration. Atau yang lebih parah adalah jadinya saling tidak terintegrasi. Jadi itu yang namanya complexity,” terang Wawan.
Menurut Wawan, related compliance juga menjadi penting dalam hal risky di digital innovation ini. “Ini (related compliance) bisa dijadikan acuan untuk memastikan security atau infrastructure yang kita miliki sudah sesuai dengan koridor-koridor yang ada,” cetusnya.
Dalam acara ICION 2020, selain diisi persentasi dari Fortinet, acara ini juga menghadirkan presentasi dari perusahaan-perusahaan penyedia solusi IT lainnya seperti Trend Micro, Attivo Network, Bitglass, Silver Peak, Security Scorecard, Zettagrid, SkyBox, dan lainnya.
Ada pula sesi diskusi panel yang membahas isu-isu menarik seputar security dengan tema seperti Defending National Infrastructure in the Digital Battleground, Secured Data Exchange and Protecting Customer Privacy, dan lainnya.
Pada ICION 2020, acara ini dihadiri puluhan IT Leader (seperti Senior Managers, GM, VP, CXO, atau Director) dari berbagai perusahaan di Indonesia dan juga Asia Tenggara.
Sekadar informasi, ICION Conference tahun ini memasuki tahun kedelapannya digelar. Acara ini sendiri diadakan oleh komunitas bernama Indonesia CIO Network (ICION).
Komunitas ini dibentuk untuk menjadi wadah bagi petinggi TI perusahaan Indonesia untuk saling berbagi cerita dan pengalaman demi kemajuan bersama.