Tahun lalu, sebanyak 2.720 pengguna di Indonesia telah terpengaruh oleh stalkerware, ini merupakan penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018 yang mencapai 3.381 pengguna. Statistik ini sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-17 secara global dalam hal pengguna yang terpengaruh oleh stalkerware.Meskipun angka tersebut mungkin tampak lebih kecil dari jumlah deteksi jenis malware lainnya, stalkerware penting untuk diwaspadai karena sifatnya yang sudah melanggar privasi dari perspektif konsumen. Untuk mengetahui sejauh mana risiko yang dapat ditimbulkan dari malware ini, di tahun 2019 saja, produk Kaspersky telah mendeteksi 222.434 instalasi stalkerware pada pengguna perangkat Windows, dengan tiga negara yang paling terkena dampak termasuk Rusia (40.912), India (18.549) dan Jerman (15.217).Stalkerware adalah perangkat lunak pemantauan atau spyware yang digunakan untuk menguntit hingga memungkinkan orang yang menginstalnya untuk mengakses informasi perangkat, pesan teks, foto, percakapan media sosial, data geolokasi hingga serangan target mereka, bahkan dalam kasus tertentu, melakukan transfer rekaman audio dan kamera secara real-time.
"Maret adalah bulan di mana kami berdedikasi untuk memberdayakan perempuan di seluruh dunia. Mari kita lakukan lebih banyak lagi upaya untuk melindungi para ibu, istri, anak perempuan, dan para perempuan independen di luar sana terhadap penguntit virtual," lanjutnya.Melihat bagaimana pelanggaran privasi dipertaruhkan, Kaspersky ikut mendirikan sebuah gerakan yang dinamai Coalition Against Stalkerware. Sebagai pengemudi di industri keamanan TI, kekuatan dan kolaborasi yang diprakarsai oleh inisiasi ini dapat membantu melindungi pengguna dari bahaya stalkerware dan menghindari tumbuhnya sebuah hubungan yang tidak sehat, serta bentuk dukungan untuk mengubah status resmi stalkerware sendiri menjadi ilegal atas bahaya yang dapat ditimbulkan.