Find Us On Social Media :

Sempat Berhenti, Foxconn Kembali Beroperasi Rakit iPhone di China

By Adam Rizal, Sabtu, 14 Maret 2020 | 12:30 WIB

Para pekerja Foxconn sedang merakit iPhone di pabrik perakitan Foxconn di Tiongkok

Setelah ditutup sejak Februari lalu, pabrik perakit iPhone di China, Foxconn kembali beroperasi. Penutupan pabrik tersebut beberapa waktu lalu, terkait persebaran virus corona yang meluas.

Kabar tersebut diutarakan pendiri Foxconn, Terry Gou Tai-ming. Ia mengatakan, selain di China, pabrik Foxconn yang berada di wilayah Vietnam pun telah kembali beroperasi.

Kendati sudah kembali berjalan dengan normal, Terry mengatakan bahwa masih butuh waktu yang lebih lama agar kondisi pasar kembali stabil. Terry juga justru mengkhawatirkan kondisi pasar di wilayah Amerika Serikat. Ia khawatir masyarakat di Amerika Serikat tidak tertarik untuk membeli smartphone di tengah kondisi pandemi corona.

"Di Amerika Serikat, yang kami khawatirkan adalah kondisi pasar. Apalagi jika produksi sudah kembali berlanjut dengan cepat, tapi konsumen tidak melakukan pembelian. Itulah hal yang akan menjadi kunci pemulihan ekonomi," ungkap Terry.

Selain wilayah Amerika Serikat, Terry juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap rantai pasokan untuk Jepang dan Korea Selatan. Ia juga menyinggung masalah naiknya harga komponen RAM dan panel layar.

Dengan kembalinya aktivitas pabrik Foxconn di wilayah China, hal ini dapat memperbaiki rantai pasokan perangkat Apple yang sempat menurun sejak pabrik ditutup beberapa waktu lalu.

Tak hanya berimbas pada Apple, penutupan pabrik ini pun membuat Foxconn harus merugi. Pendapatan Foxconn menurun hingga 18,1 persen di bulan Februari. Angka tersebut merupakan penurunan paling tajam selama tujuh tahun terakhir.

Dirangkum BGR, berbagai hubungan bisnis dengan perusahaan teknologi di China pun juga ikut tersendat, apalagi dengan adanya larangan penerbangan ke dan dari China yang diterapkan sejumlah negara.

Selain Foxconn, sejumlah perusahaan juga menghentikan sementara pabriknya yang berada di China. Samsung dan pabrik obat-obatan Johnson & Johnson juga melakukan hal yang sama.

Selain menghentikan sementara aktivitas pabriknya, sejumlah perusahaan teknologi pun mulai membatasi perjalanan karyawannya ke China untuk menghindari virus terebut.