Find Us On Social Media :

Ingin Terapkan Kerja di Rumah? Perhatikan Empat Tantangannya

By Liana Threestayanti, Senin, 16 Maret 2020 | 18:30 WIB

Penerapan work from home tak semudah yang kita bayangkan. Perhatikan empat tantangannya.

Penerapan work from home alias bekerja dari rumah ternyata tak semudah yang kita bayangkan.

Mewabahnya COVID-19  akibat virus corona memaksa perusahaan-perusahaan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, mulai menerapkan skenario bekerja dari rumah. 

Konsep work from home (WFH) memang terdengar menarik dan sudah sering dibahas sejak lama. Namun, ternyata aplikasinya dalam kondisi riil tak semudah yang kita bayangkan. Apa saja tantangan dalam menerapkan WFH?

GitLab baru-baru ini melakukan survei terhadap 3000 karyawan yang termasuk kategori knowledge worker. Para responden ini pernah melakukan atau memiliki opsi melakukan WFH.

Survei tersebut mengungkapkan bahwa 90% responden menyukainya, bahkan akan merekomendasikan WFH kepada temannya. Dan 84% mengaku dapat menyelesaikan semua tugasnya dengan WFH dan hal itu juga berkat kepiawaian para manajer mereka yang memahami apa yang dibutuhkan dalam mengelola pekerja jarak jauh.

Survei GitLab juga mengungkapkan beberapa tantangan dalam WFH.

Hampir separuh (47%) responden mengaku kesulitan mengelola gangguan-gangguan di rumah. 

Para pelaku WFH ini kerap diganggu interupsi (gangguan eksternal, seperti tamu, pengantar paket, tetangga, bahkan keluarga). Cara mengatasiny relatif mudah, aktifkan mode senyap di ponsel Anda atau bekerjalah di ruangan khusus agar Anda tak diganggu.

Selain interupsi, ketika bekerja di rumah, Anda juga berpotensi mengalam gangguan berupa distraksi. Distraksi umumnya terjadi karena kita tidak terbiasa bekerja di rumah sehingga prioritas kita kerap tercampur aduk. Misalnya Anda berpikir bisa menulis laporan sambil disambi memasak atau mencuci pakaian.

Salah satu cara ampuh yang pernah diterapkan oleh salah satu penulis lepas kami adalah membangun rutinitas seperti orang kantoran. Bahkan ia sengaja berpakaian bak karyawan yang akan berangkat kerja ke kantor!

Kemudian GitLab juga menemukan bahwa satu dari 3 karyawan mencemaskan kolaborasi dengan kolega atau klien. Sebenarnya ada banyak tools dan aplikasi yang dapat memfasilitasi kolaborasi, mulai dari e-mail, aplikasi kolaborasi, sampai aplikasi videoconference. Namun semua itu memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam menggantikan interaksi tatap muka langsung. Video chat atau panggilan telpon seringkali dipilih untuk menyampaikan pesan-pesan yang kompleks.

Tantangan berikutnya datang dari dalam diri si remote worker sendiri, yaitu perasaan terisolasi dan kesepian. Hal ini diungkapkan oleh satu dari 3 pekerja (35%). Di sini, tool kolaborasi seperti video chat dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi tadi.

Tantangan terakhir adalah motivasi, disebutkan oleh 29% dari responden. Deadline harian akan membuat orang lebih dapat berkonsentrasi. Kontribusi tiap karyawan terhadap pekerjaan tim pun bisa langsung terlihat.

Dalam situasi dan kondisi yang belum jelas seperti saat ini, bekerja di rumah mungkin akan menjadi bagian dari rutinitas karyawan untuk beberapa waktu ke depan.

Kuncinya adalahmengelola perubahan situasi ini dengan baik dan dengan memperhatikan kebutuhan para karyawan.