Find Us On Social Media :

Pesanan Turun Akibat Corona, Asosiasi Ojek Online Enggan Lockdown

By Adam Rizal, Sabtu, 21 Maret 2020 | 16:00 WIB

Ilustrasi Gojek dan Grab

Pandemi corona di Indonesia turut berdampak kepada permintaan layanan ojek online, terutama setelah pemerintah memberlakukan kerja dari rumah alias work from home.

Bahkan, pemerintah sedang mempertimbangkan kebijakan yang lebih ketat lagi yaitu karantina wilayah atau lockdown.

Sayangnya, Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) menolak kebijakan lockdown karena dapat membuat permintaan layanan semakin turun.

"Sejak belajar dan kerja dari rumah orderan anjlok sampai 50%. Khususnya pada jam sibuk dan malam hari," ujar Ketua Umum Garda Igun Wicaksono.

Rerata penurunan itu sebagian besar disampaikan oleh pengemudi ojek online di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Berdasarkan keluhan yang ia terima, penurunan terbesar yakni transportasi atau berbagi tumpangan (ride hailing). Sedangkan pesan-antar makanan (food delivery) seperti GoFood dan GrabFood meningkat, meski tidak signifikan.

“Sekitar 10%,” katanya.

Karena itu, sebagian pengemudi ojek online memaksimalkan permintaan layanan pesan-antar makanan. Lagi pula, Gojek dan Grab sudah menerapkan pengantaran tanpa kontak guna menekan penyebaran virus corona.

Ia berharap pemerintah tidak menerapkan kebijakan lockdown. “Kalau akhirnya lockdown, kami berharap pemerintah memberi kesempatan untuk pengemudi ojek online mengambil order pesan-antar makanan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup,” kata dia.

Peningkatan permintaan layanan pesan-antar makanan itu juga sejalan dengan riset perusahaan pemasaran mobile AppsFlyer.

Di satu sisi, Garda juga sudah memperingatkan rekan pengemudi ojek online terkait dampak lockdown. Asosiasi meminta pengemudi tidak panik dan mulai menyisihkan penghasilan guna mengantisipasi lockdown.

Selain itu, siapkan bahan makanan dan keperluan untuk menjaga kesehatan. Sebelumnya, Garda juga mengeluarkan protokol kesehatan bagi pengemudi ojek online.

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga menilai lockdown Jakarta buka kebijakan tepat dalam menangani penyebaran virus corona. Hal itu justru bisa menekan pertumbuhan ekonomi nasional 0,5%, dengan perhitungan lockdown dilakukan dua pekan.