Meski bernilai ratusan triliun rupiah, GoJek masih aktif mencari pendanaan. Kabarnya mereka baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$1,2 miliar atau setara dengan Rp.18,09 triliun.
Total, Gojek mendapatkan dana segar US$3 miliar pada putaran pendanaan kali ini.
"Kita tidak akan berhenti sampai sini karena masih investor yang tertarik bermitra dengan Gojek," ungkap Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo dan Kewin Aluwi melalui sebuah memo internal. "Ada beberapa pembicaraan serius [terkait pendanaan] yang akan kami kabarkan dalam waktu dekat."
Dana tersebut kabarnya berasal Amazon, meski belum ada konfirmasi resmi soal itu.
Untuk semakin menarik minat investor, Gojek akan fokus pada efisiensi dan kondisi keuangan yang sehat. Karena itulah yang membuat Gojek melakukan langkah sensitif: melakukan PHK karyawan. Seperti ditulis DealStreeAsia, Gojek melakukan langkah tidak populer ini untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan profitabilitas.
Salah satu sumber menyebut, PHK dilakukan pada bulan lalu. Karyawan yang dipecat berada pada level manajemen menengah ke bawah.
“Bisnis yang baik seperti kita akan selalu menarik investasi, tetapi ketika perlambatan ekonomi berlangsung, ketersediaan investasi itu akan berkurang," ujarnya.
Persaingan Sengit
Gojek sendiri mendapatkan pendanaan US$1,2 miliar tersebut sebelum wabah Corona yang melanda dunia. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk melakukan ekspansi, meski di tengah kondisi penuh ketidakpastian seperti saat ini.
Pendanaan ini juga membuat Gojek dapat terus bersaing dengan Grab. Saat ini, keduanya bersaing sengit di pasar yang sama (seperti transportasi, distribusi, dan e-money) dan pasar yang kurang lebih sama (Asia Tenggara). Persaingan sengit ini membuat keduanya merugi, sehingga pendanaan menjadi solusi untuk terus bersaing.
Gojek sendiri memiliki pendukung nama-nama besar seperti Google, Allianz, Astra International, Tencent, serta Meituan-Dianping (raksasa ride hailing China). Sementara daftar pendukung Grab juga tidak kalah mentereng, seperti Softbank, Toyota Motor, Hyundai Motor, dan Microsoft.
Akan tetapi kini banyak investor mempertanyakan efektifitas praktek "bakar uang" di industri startup. Karena itulah, kabarnya investor Grab dan Gojek mendorong keduanya untuk "berdamai" dan melakukan merger.
Baik Grab dan Gojek memang sudah membantah kabar tersebut, namun di tengah kondisi ekonomi seperti saat ini, langkah merger sepertinya menjadi semakin masuk akal.