Media sosial memiliki kecepatan tanpa batas untuk menyampaikan pesan. Terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi. Tak hanya pesan positif, namun juga negatif alias hoaks juga ikut tersebar.
Namun tidak demikian dengan Twitter. Meski memiliki kecepatan dan kesempatan yang besar untuk menyebarkan pesan, Twitter tetap memastikan cuitan-cuitan yang disampaikan sesuai fakta dan berasal dari akun resmi.
Twitter pun memastikan para penggunanya mendapatkan akses informasi terkini dari sumber-sumber terpercaya dari berbagai belahan dunia.
Untuk mendukung misi tersebut, tim global dari Trust & Safety Twitter tidak akan memberikan toleransi kepada informasi yang dimanipulasi dan pencobaan-pencobaan lain yang berusaha untuk menyalahgunakan layanan di situasi yang sangat penting ini.
Tim global dari Trust & Safety Twitter juga mengklaim telah memperluas peraturan bagi konten-konten yang dapat membahayakan publik terkait penyebaran virus Covid-19.
Untuk mencegah hal berbahaya tersebut, Twitter mewajibkan penggunanya untuk menghapus konten yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk menularkan virus tersebut, yang meliputi:
- Penolakan untuk mengikuti arahan dari para ahli;
- Ajakan untuk menggunakan perawatan, pencegahan, dan teknik diagnosa yang fiktif atau palsu;
- Konten menyesatkan yang berasal dari pengguna yang mengaku sebagai ahli atau otoritas negara.
Demi menjaga kredibilitas informasi, Twitter juga bekerja sama dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia untuk mengidentifikasi ratusan ahli medis, serta melakukan verifikasi terhadap akun mereka.
Di Indonesia, Twitter mendukung usaha Kementerian Kesehatan (@kemenkesRI) dengan mengaktifkan notifikasi tentang Covid-19 pada bulan Februari lalu. Notifikasi tersebut terhubung dengan situs resmi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan.
Saat ini Twitter sudah bermitra dengan lebih dari 60 lembaga pemerintah di seluruh dunia, notifikasi Covid-19 kini tersedia di 66 wilayah dalam 27 bahasa.