GlobalData memprediksi deep learning akan menjadi pendorong utama adopsi Artificial Intelligence (AI) di Asia Pasifik.
Deep learning disebut GlobalData akan menciptakan momentum adopsi dan pertumbuhan AI di kawasan Asia Pasifik. Dalam beberapa tahun ke depan, deep learning akan menjadi bagian dari implementasi teknologi mainstream dan membawa perubahan bagi bisnis.
Deep learning tentu bukan sesuatu yang baru karena digital assistants, seperti Cortana, Siri, GoogleNow, dan Alexa sudah memanfaatkan deep learning, khususnya untuk pemrosesan natural language maupun speech recognition.
Teknologi deep learning juga dimanfaatkan pada chatbot multi bahasa, voice dan image recognition, data processing, surveillance, fraud detection dan fraud diagnostics. .
“Pasar Asia Pasifik secara aktif men-deploy solusi AI berbasis deep learning untuk meningkatkan offline automation, keselamatan dan keamanan bagi bisnis dan asetnya. Selain itu, bertambahnya kecepatan komputasi pada perangkat berukuran kecil akan berujung pada pengurangan biaya dan mendorong adopsi deep learning di kawasan ini," ujar Sunil Kumar Verma, Lead ICT analyst, GlobalData.
Penggunaan Deep Learning
Di Asia Pasifik, deep learning terus diadopsi untuk berbagai keperluan
SenseTime yang berbasis di China memanfaatkan platform deep learning untuk mendayai image recognition, intelligent video analytic dan medical image recognition bagi para pelanggannya melalui teknologi facial recognition bernama DeepID.
Sementara itu, startup asal India yang beroperasi di AS, DeepSight AI Labs, mengembangkan SuperSecure - Platform dengan deep learning. Platform ini merupakan solusi smart video surveillance berbasis contextualized AI yang dapat digunakan bersama CCTV apa saja sehingga CCTV tersebut dapat mendeteksi obyek dan perilaku.
Daisee yang berbasis di Australia menawarkan algoritme bernama Lisa. Algoritme ini memanfaatkan speech-to-text engine untuk mengidentifikasi elemen percakapan, mengartikan, dan memperoleh konteks. Perusahaan lain, Cognitive Software Group, menggunakan deep learning/machine learning untuk proses tagging data tak terstruktur sehingga meningkatkan pemahaman terhadap natural language.
Potensi Kendala
GlobalData memperkirakan pendapatan platform AI di Asia Pasifik sampai dengan tahun 2024 akan mencapai 30% atau sekitar US$97,5 miliar dari pendapatan global. Keberadaan perusahaan teknologi bernama besar dan tumbuhnya startup yang fokus pada bidang ini akan mendongkrak angkanya menjadi lebih besar lagi.
Dorongan adopsi deep learning/AI di Asia Pasifik juga datang dari kemajuan teknologi di balik kemampuan komputasi yang terus bertambah, baik CPU maupun GPU. Pertumbuhan data akibat terus bertambahnya perangkat yang saling terkoneksi juga akan berkontribusi pada adopsi pertumbuhan adopsi AI.
"Meskipun ibaratnya masih 'bayi', deep learning terbukti akan menjadi batu loncatan bagi evolusi lansekap teknologi di Asia Pasifik. Namun kekurangan tenaga yang ahli dan sedikitnya perusahaan teknologi yang fokus berinvestasi, merekrut, dan melatih pekerjanya khusus untuk deep learning akan menjadi ganjalan awal sebelum kita melihat kesuksesan dalam tingkat adopsi," Sunil Kumar Verma menyimpulkan.