Layanan video streaming HOOQ Digital mengajukan likuidasi kepada para kreditornya. Hal itu dikarenakan HOOQ tidak dapat bertumbuh secara memadai dan meraih profit yang berkelanjutan untuk menutupi biaya yang terus naik.
HOOQ pun mengakui tidak sanggup menutup biaya produksi konten yang meningkat.
Saat ini mayoritas kepemilikan HOOQ milik Singapore Telecommunications atau Singtel. HOOQ merupakan joint venture dari Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment.
Di Asia, HOOQ menjadi salah satu pemain video streaming yang berkompetisi dengan raksasa streaming global asal Amerika Serikat (AS), Netflix. Namun, HOOQ yang berdiri 2015 tidak bisa bersaing dengan penyedia layanan serupa, salah satunya Netflix Inc seperti dikutip Reuters.
Kini Singtel memiliki saham 76,5 persen di HOOQ. HOOQ akan mengadakan rapat dengan para pemegang saham pada 13 April mendatang.
Sementara itu, HOOQ menunjuk Lim Siew Soo dan Brendon Yeo Sau Jin sebagai gabungan dari beberapa likuidator untuk mengawasi operasi perusahaan yang masih berjalan sementara waktu.
"Likuidasi HOOQ diperkirakan tidak berdampak material pada aset berwujud bersih dan pendapatan per saham Singtel,” tulis manajemen Singtel dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Singapura (SGX).
Sebagai informasi, HOOQ tercatat menggandeng sejumlah operator telekomunikasi dan penyedia layanan internet dalam operasinya di sejumlah negara Asia. Jangkauan area layanan HOOQ adalah Singapura, Indonesia, Thailand, Filipina, dan India.
"Penyedia konten global dan lokal semakin mengarahkan, biaya konten tetap tinggi, dan kemauan konsumen pasar berkembang dan meningkat di tengah persaingan yang semakin meningkat," dikutip edaran HOOQ.
Sekadar diketahui, laporan keuangan Singtel untuk kuartal ketiga fiskal yang berakhir 31 Desember 2019, pendapatan operasional dari segmen live digital menyusut hampir 15 persen dari tahun lalu.
Sekadar diketahui, imbas dari rencana aksi koorporasi HOOQ ini, saham Singtel naik 0,06 dolar Singapura atau 2,4 persen menjadi 2,58 dolar Singapura pada perdagangan Jumat pukul 02.18 waktu setempat.
Pada 2017, Hooq menjalin kerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dalam layanan yang di-bundle dengan Indihome. Sementara itu, hingga kini Grup Telkom belum juga belum membuka akses pemblokiran terhadap Netflix yang telah berlangsung sejak 2016.
Selain HOOQ, Telkom pernah menggandeng penyedia layanan video on demand (VoD) yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Iflix pada 2016. Telkom menilai Iflix mampu melewati sensor yang ketat di Malaysia dan hal ini dipandang cocok untuk pasar Indonesia.