Find Us On Social Media :

Rupiah Melemah, Xiaomi Naikkan Harga Smartphonenya di Indonesia

By Adam Rizal, Jumat, 3 April 2020 | 12:00 WIB

Xiaomi Redmi 8A Pro

Pada Maret 2020 lalu, Xiaomi mengatakan tidak akan menaikkan harga jual ponsel di Indonesia, meski nilai tukar dollar AS terhadap rupiah melambung akibat pandemi Covid-19.

Hal itu diungkapkan oleh Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse dalam surat terbuka yang diunggah di akun Instagram pribadinya.

Namun kini, Xiaomi akhirnya memutuskan untuk melakukan penyesuaian harga ponsel di Indonesia. Penyesuaian harga ponsel Xiaomi ini baru terjadi pada Redmi 8 model 4 GB/64 GB. Harga Redmi 8 varian ini naik dari Rp.1,7 juta menjadi Rp. 1,849 juta.

"Sejauh ini baru model itu yang kami sesuaikan harganya," jelas Alvin saat konferensi pers virtual dengan beberapa media, setelah peluncuran Redmi 8A Pro di Indonesia.

Alvin mengatakan, harga Redmi 8 terbaru sebenarnya tidak jauh berbeda dari harga saat peluncuran pada akhir 2019 lalu. Kala itu, Redmi 8 model RAM 4GB/64 GB dibanderol Rp 1,8 juta.

Xiaomi sempat melakukan pemotongan harga untuk seri itu menjadi Rp 1,7 juta. Dengan demikian, selisih harga terbaru dan harga peluncurannya hanya Rp 50.000-an saja. Lebih lanjut, Alvin mengatakan depresiasi rupiah terhadap dollar AS menjadi alasan utama.

"Nilai tukar rupiah turun 15 persen, jika terus seperti itu, bisa dibayangkan jika kita terus menjual produk dengan harga sebenarnya, kita akan merugi," kata Alvin.

Meskipun begitu, Avin mengatakan tidak semua produk Xiaomi akan mengalami kenaikan harga. Hanya model-model tertentu saja yang akan megalami koreksi harga, jika nilai tukar rupiah kian melemah. Ia pun berujar bahwa meski mengalami kenaikan harga, produk Xiaomi tetap menawarkan harga yang terbaik di kelasnya.

"Sesuai nilai kami, produk terbaik dengan harga sebenarnya," jelas Alvin.

Vendor ponsel lain lebih dulu

Kenaikan harga smartphone sebenarnya juga dilakukan vendor smartphone lain. Oppo telah lebih dulu menaikkan beberapa harga smartphone-nya di Indonesia. Vendor ponsel yang khas dengan warna hijau itu tidak menyebut alasan kenaikan harga karena dampak ekonomi.

"Kenaikan harga ini memang sudah tidak dapat kami tunda lagi, meskipun Oppo juga memahami kondisi perekonomian yang sedang melanda," ujar Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia.

Hal yang sama juga dilakukan sub-brand Oppo, Realme. Berbeda dengan Oppo, Realme terang-terangan bahwa kondisi ekonomi global yang kian lesu menjadi alasan kenaikan harga ini.

"Karena dampak dari kondisi global yang tidak stabil baru-baru ini, biaya bahan baku, rantai pasokan, logistik dan biaya lainnya telah mengalami kenaikan, sementara nilai tukar Dollar AS-Rupiah juga mencapai rekor terendahnya," ujar Public Relations Manager Realme Indonesia, Krisva Angnieszca.