Dua operator telekomunikasi raksasa asal Amerika Serikat (AS), T-Mobile dan Sprint sedang melakukan pembahasan merger yang akan selesai pada minggu depan. Nantinya, kedua perusahaan itu akan menjadi pesaing tangguh untuk Verizon dan AT&T yang berada di peringkat pertama dan kedua.
Proses merger T-Mobile dan Sprint itu merupakan langkah penting bagi para opeartor AS untuk mempersiapkan diri menyongsong jaringan 5G di AS. Nilai proses merger kedua operator telekomunikasi AS itu akan mencapai USD26 miliar atau sekitar Rp360 triliun.
Proses merger T-Mobile dan Sprint itu telah mendapatkan restu dari para pemegang saham masing-masing yaitu SoftBank sebagai pemegang saham Sprint dan Deutsche Telekom sebagai pemegang saham T-Mobile.
Merger itu akan memberikan sejumlah keuntungan seperti pajak perusahaan yang lebih murah, penerapan jaringan 5G yang lebih murah, dan sejumlah hal lainnya seperti dikutip Financial Times.
Saat ini SoftBank sedang berada di bawah tekanan untuk memulihkan kinerja dan keuangan Sprint dan Deutsche Telekom akan memanfaatkan kendali voting untuk mensuksesikan proses merger tersebut.
Namun, SoftBank mendadak menghentikan pembahasan merger dengan Deutsche Telekom pada tahun lalu karena kedua investor belum setuju terkait kendali manajemen dan nilai dari Sprint.
Pada 2011, AT&T pernah mengakuisisi T-Mobile tetapi proses akuisisi itu harus batal terganjal penolakan dari Departemen Hukum dan FCC AS yang melarang proses akuisisi tersebut.