Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkapkan akhir April ini akan ada 200 alat bantu pernafasan ventilator portabel untuk pasien positif virus corona Covid-19. Ventilator ini merupakan desain BPPT dan dibangun bersama mitra BPPT.
"Perkiraan sekitar 25 April, atau sampai akhir April, sudah dibuat 200 unit ventilator. Kapasitas produksi dari para mitra industri ini sendiri adalah 100 unit ventilator portable per minggu. Jadi kapasitasnya cukup besar," ujar Bambang dalam konferensi pers online.
Bambang menambahkan BPPT bisa menambahkan dua lagi mitra pembuat ventilator portable ini sehingga jumlah menjadi 4 mitra.
"Dua lagi sudah menyatakan siap, salah satunya BUMN, yakni Indofarma, sehingga kita harapkan nanti bisa 400 unit per minggu. Kebutuhan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan BNPB," tambahnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menambahkan untuk pengembangan ventilator pihaknya telah berkoordinasi dengan 4 kelompok pengembang. Yakni, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Khusus Tim Jogja ini mereka justru berbicara untuk jangka menengah panjang. Mereka tidak hanya bicara untuk menangani Covid-19 sekarang, tapi mereka bicara ke depan. Ini karena mereka akan produksi ventilator jenis yang high grade, yang di mana dari kelompok lain sebagian besar memang akan produksi yang low cost, atau grade lebih rendah," ujar Agus Gumiwang.
"Berkaitan dengan time frame, ini sebagian besar dari kelompok pengembang, mereka akan mulai produksi, seperti yang disampaikan Pak Menristek, itu sekitar bulan April. Tapi khusus kelompok Jogja, karena memang mereka akan produksi high grade, akan lebih lama, sekitar Mei Juni mereka akan mulai produksi."
Ventilator merupakan salah satu alat kesehatan yang paling dicari di seluruh dunia. Ventilator dibutuhkan untuk memberikan bantuan pernafasan pada pasien positif corona yang kesulitan bernafas.
Rapid Test
Bambang mengatakan kementeriannya sedang mengembangkan dua alat deteksi virus corona buatan lokal. Kedua alat yang dimaksud adalah rapid test dan PCR. Rapid test tetap dibutuhkan untuk pengujian yang bersifat massal dan deteksi awal. Setelah uji tersebut kemudian dilanjutkan ke test PCR.
"Untuk yang rapid test kit itu 100 ribu sudah siap enam minggu ke depan," ujarnya.
Bambang menambahkan untuk alat test PCR, pihaknya telah melakukan pengujian dengan menggunakan virus strain Asia dan sedang mencoba strain lokal atau virus berasal dari orang Indonesia yang terinfeksi Covid-19 dengan status transmisi lokal penyebarannya.
"Kebetulan BPPT sedang kerja sama dengan Eijkman [Institute] untuk mendapatkan virus strain local tersebut. Dan setelah itu masuk ke tahap produksi. Bio Farma sudah jadi mitra industri yang siap," ungkap Bambang.
"Mudah-mudahan bulan depan sudah bisa dimulai produksi pertama dan lihat kapasitas Bio Farma. Tampaknya produksi dapat dilakukan cukup besar," lanjutnya.