Find Us On Social Media :

86% Perusahaan di Indonesia Telah Implementasikan Platform Low-code

By Rafki Fachrizal, Jumat, 17 April 2020 | 18:30 WIB

OutSystems dan IDC menerbitkan hasil studi terbarunya mengenai pengalaman para pengembang dalam transformasi digital di Asia Pasifik.

Studi ini mengungkapkan bahwa 59% perusahaan/organisasi di Asia Pasifik telah mengimplementasikan platform low-code, dan 13% dari mereka yang disurvei mengatakan ingin mengimplementasikan sistem ini dalam waktu 18 bulan ke depan.

BACA JUGA: Apa itu Low-Code Platform?

Masih berdasarkan studi tersebut, dijelaskan bahwa saat ini tingkat adopsi penggunaan platform low-code di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik dengan mencapai tingkat implementasi sebesar 86%.

Walau demikian, masih banyak bisnis di Indonesia mengandalkan infrastruktur teknologi lama yang sudah ketinggalan zaman, sehingga masalah kompatibilitas pasti muncul ketika apa yang disediakan oleh platform yang lebih baru, seperti low-code, harus diintegrasikan dengan perangkat lunak lama.

Mark Weaser selaku Wakil Presiden OutSystems untuk wilayah Asia Pasifik, mengatakan bahwa integrasi sendiri merupakan kunci untuk mewujudkan efisiensi operasional.

“Mengintegrasikan aplikasi dengan kumpulan data yang ada dapat membantu bisnis mengumpulkan informasi baru untuk meningkatkan proses dan alur kerja,” ujar mark.

Tantangan dalam Pengembangan Sebuah Aplikasi

Berdasarkan studi tersebut, diketahui bahwa tantangan yang biasa dihadapi ketika pengembangan aplikasi perangkat lunak hampir sama ditemukan juga di beberapa negara lain di Asia Pasifik, yaitu:

  1. Mengintegrasikan berbagai sistem, teknologi, dan lingkungan;
  2. Kelangkaan SDM; dan
  3. Kurangnya keterlibatan pengguna bisnis.

IT Memungkinkan Perusahaan Memperbaharui Teknologi yang Menua

Peraturan pemerintah tahun 2016 mengenai perlindungan data pribadi membuat banyak perusahaan mengevaluasi alternatif hemat biaya seperti low-code.

Perusahaan di Indonesia mulai memandang IT sebagai keharusan strategis untuk mengatasi masalah teknologi yang ketinggalan zaman, sehingga meningkatkan daya saing mereka terhadap perusahaan digital native seperti Gojek dan Tokopedia, dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendorong adopsi transformasi digital seperti penghematan biaya, efisiensi operasional dan keunggulan kompetitif.

“Ada kebutuhan bagi perusahaan untuk menemukan cara yang lebih cepat dan lebih sederhana untuk membangun fitur dan aplikasi baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berkembang. OutSystems memahami tantangan yang dihadapi bisnis dan akan terus mendukung mereka dalam upaya transformasi mereka,” terang Mark.