Find Us On Social Media :

Google Halangi 18 Juta E-mail Berbahaya COVID-19 Setiap Harinya

By Cakrawala, Sabtu, 18 April 2020 | 09:00 WIB

Ilustrasi Google

Sepanjang minggu lalu, Google mengklaim telah melihat dan menghalangi 18 juta e-mail berbahaya sehubungan COVID-19 setiap harinya. E-mail tersebut megandung malware maupun merupakan phishing. Selain itu, Google juga mengumumkan terdapat 240 juta e-mail spam sehubungan COVID-19 yang berhasil dideteksinya setiap hari. Pencapaian tersebut diperoleh antara lain berkat model-model machine learning yang dimanfaatkan Google dalam mengamankan Gmail. COVID-19 yang mewabah memang memengaruhi banyak hal dalam teknologi informasi dan komunikasi, termasuk dari sisi serangan siber. Bahkan, World Health Organization pun sudah mengeluarkan peringatan akan hal itu.

Berdasarkan pengamatan Google, serangan phishing yang dilakukan menggunakan ketakutan dan insentif finasial. Tujuannya agar pengguna terpancing untuk merespons. Terdapat beberapa contoh yang dikemukan Google, seperti menyamar sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan, menyamar sebagai departemen TI, menyamar sebagai yang mengurus bantuan pemerintah, dan menyamar sebagai klien yang memesan sesuatu.

Lebih lanjut, Google pun menemukan bahwa kebanyakan malware dan phishing yang digunakan sehubungan COVID-19 bersangkutan adalah bukan sesuatu yang baru alias telah digunakan sebelummya. Namun, penyerang telah memperbaruinya untuk mengeksploitasi COVID-19 yang kini menjadi tren. Google sendiri telah menaruh pemonitoran yang proaktif untuk malware dan phishing sehubungan COVID-19 pada berbagai sistem dan alur kerjanya.

Sebelumnya, dalam laporan Global Threat Intelligence Center yang dirilis NTT Ltd. pun, banyak serangan siber berbentuk phishing memanfaatkan website dengan subjek COVID-19 yang telah terjadi. Bahkan, serangan seperti itu diprediksi akan terus berlangsung. Sejauh ini, sekitar 2.000 website bertema virus corona baru dibuat setiap harinya, seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini. Virus corona baru sendiri merupakan penyebab COVID-19.

Meningkatnya upaya kejahatan siber sehubungan COVID-19 seharusnya membuat kita semua makin berhati-hati dalam berinternet, termasuk terhadap yang mengedepankan COVID-19 sebagai daya tariknya. Menurut Internet Society’s Online Trust Alliance, pada tahun 2018 lalu, kerugian akibat serangan siber secara global setidaknya sebesar US$45 miliar.