Banyaknya kantor yang tutup akibat pandemi Covid-19 membuat perusahaan Internet Service Provider (ISP) merugi. Layanan ISP tidak laku karena para karyawan banyak bekerja dari rumah.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza meminta pemerintah untuk memperhatikan industri telekomunikasi khususnya perusahaan ISP. Wabah Covid-19 membuat perusahaan ISP harus mengencangkan ikat pinggang akibat penurunan jumlah pengguna karena kantor yang tutup.
“Justru kami mulai kencangkan ikat pinggang,” kata Jamalul Izza.
Izza menyatakan bahwa mayoritas anggota APJII adalah perusahaan ISP kecil yang notabene hidup dari model bisnis Business to Business (B2B). Dampaknya ketika sebuah perusahaan menutup kantor, maka layanan internet mereka tidak digunakan.
Fenomena serupa juga terjadi dengan kawasan Hotel. Pendapatan hotel yang menurun akibat Covid-19 membuat manajemen hotel melakukan efisiensi layanan salah satunya dengan memutus layanan internet.
“Perlu diketahui, lebih dari 50% dari anggota APJII, bisnis mereka bertumpu di sektor B2B. Melayani korporasi seperti perkantoran dan hotel,” tambah Jamalul Izza.
Izza juga membantah asumsi jika industri telekomunikasi diuntungkan dengan pandemi Covid-19 dan kebijakan Work From Home (WFH). Buktinya banyak dari anggota APJII yang malah menjerit pendapatan perusahaan terjun hingga 50%.
“Jadi, tidak ada kata industri kami ini diuntungkan dari pandemi Covid-19. Itu adalah persepsi yang salah” kata Izza.
Izza menyatakan jika anggota APJII mendukung pemerintah dengan tetap menyediakan layanan internet yang prima selama pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia. Namun, dirinya juga meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan mereka yang tengah berjuang mempertahankan perusahaan di tengan menurunnya pengguna.
“Kami juga meminta agar pemerintah juga memperhatikan industri telekomunikasi di tengah wabah ini,” tutup Izza.