Berdasarkan riset yang dilakukan Ericsson terhadap para operator telekomunikasi seluler di lebih dari tiga puluh negara di dunia, Ericsson menemukan bahwa sering kali kualitas dari jaringan seluler 4G mereka berkorelasi positif dengan ARPU (average revenue per user — pendapatan rata-rata per pengguna) maupun berkorelasi negatif dengan churn rate (laju atau persentase pelanggan yang berhenti berlangganan dalam periode tertentu) yang diperoleh. Ericsson pun meyakini kualitas dari jaringan seluler akan menjadi makin penting pada era 5G dan mengklaim sebagai pemimpin teknologi pada jaringan seluler 5G tersebut. Melalui acara daring bertajuk "Ericsson UnBoxed Office", Ericsson hari Senin lalu menyebutkan bahwa ia menawarkan solusi yang menghadirkan jaringan seluler 5G berkinerja tinggi.
"Pada analisis yang baru, berdasarkan pada data siklus hidup 4G di lebih dari 30 negara, kami telah menggali lebih dalam mengenai bagaimana kualitas jaringan menggerakkan kinerja finansial. Secara ringkas, riset kami menunjukkan bahwa kualitas jaringan adalah suatu cara yang bertenaga untuk menurunkan churn dan/atau meningkatkan pendapatan rata-rata per pengguna," tegas Börje Ekholm (President and CEO, Ericsson).
Ericsson antara lain mengemukakan teknologi radionya yang memungkinkan operator telekomunikasi seluler menggunakan ulang spektrum frekuensi, situs, dan infrastruktur mobile. Hal itu memungkinkan operator telekomunikasi seluler untuk membangun jaringan seluler 5G secara lebih cepat, menawarkan kecepatan lebih tinggi, dan siap untuk mendukung model penggunaan baru memanfaatkan 5G yang berdiri sendiri (tanpa bantuan 4G).
Ericsson pun mengangkat perihal spectrum sharing miliknya yang bisa menekan biaya dan emisi karbon dioksida karena memungkinkan jaringan seluler 5G dan jaringan seluler 4G secara sekaligus dihadirkan memanfaatkan perangkat yang sama. Kemampuan untuk menekan emisi karbon dioksida menunjukkan bahwa jaringan seluler 5G yang dimungkinkan Ericsson juga berkelanjutan alias sustainable.
"Kami menghantarkan berbagai solusi peranti lunak yang hemat biaya yang membuat core network berkinerja tinggi, terautomasi, dan sangat bisa diprogram," sebut Börje Ekholm.
Tanpa menyebut porsi dan peningkatannya, kelebihan dari teknologi yang ditawarkan Ericsson untuk jaringan seluler 5G juga diklaim tercermin dari meningkatnya pangsa pasar Ericsson di dunia. Sejauh ini, Ericsson telah mendapatkan 91 perjanjian kerja sama komersial untuk 5G di seluruh dunia.
Adapun banyaknya pelanggan jaringan seluler 5G global secara keseluruhan (bukan hanya yang menggunakan perangkat Ericsson), Erisson menyampaikan jumlahnya adalah sekitar 13 juta pada akhir tahun 2019. Jumlah tersebut diprediksikan meningkat menjadi sekitar 2,6 miliar pada tahun 2025. Sedikit berbeda dengan Ericsson, Omdia — organisasi riset — menyebutkan bahwa secara global banyaknya yang berlangganan untuk terkoneksi memanfaatkan jaringan seluler 5G adalah setidaknya sekitar 17,7 juta pada akhir tahun 2019. Omdia juga memprediksikan jumlah itu akan menjadi sekitar 2 miliar pada akhir tahun 2024.
Jaringan seluler 5G sendiri digadang-gadang memungkinkan berbagai model penggunaan baru dibandingkan jaringan seluler 4G, seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini. Salah satu yang dikedepankan Ericsson adalah Industri 4.0. Industri 4.0 yang salah satu cirinya adalah cyber-physical system dapat dicapai karena jaringan seluler 5G bisa menggantikan kabel. Dengan kata lain, koneksi aneka perangkat bisa dilakukan melalui jaringan seluler 5G, termasuk yang sebelumnya masih harus menggunakan kabel.
Ericsson mencontohkan suatu manufaktur kendaraan yang masih berada pada tingkatan yang disebutnya Industri 3.0. Dengan beralih ke Industri 4.0, Ericsson mengklaim manufaktur kendaraan bersangkutan bisa lebih fleksibel dalam melakukan produksinya karena bisa dikontrol secara terpusat. Hal tersebut memungkinkan perubahan yang ingin dilakukan pada lantai produksi terjadi jauh lebih cepat.
Adapun untuk pengguna akhir atau end user, jaringan seluler 5G misalnya memungkinkan extended reality — mencakup virtual reality dan augmented reality — berkualitas tinggi hadir dengan biaya yang relatif lebih terjangkau dibandingkan pendekatan yang digunakan saat ini. Ericsson pun menegaskan bahwa dari hasil risetnya, pengguna akhir bersedia membayar sampai 20% lebih tinggi dalam menggunakan jaringan seluler 5G dibandingkan jaringan seluler 4G selama mendapatkan kelebihan yang ditawarkan jaringan seluler 5G, seperti kecepatan transfer data yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah.