Frost & Sullivan memaparkan 21 risiko global yang berpotensi menjadi ancaman di dekade yang akan datang.
Dua puluh satu risiko itu terangkum dalam hasil analisis Frost & Sullivan yang berjudul Global Future Risks—Future-proofing Your Strategies, 2030. Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu para stakeholder memahami dampak risiko di masa depan yang terbagi dalam risiko jangka pendek, menengah, dan panjang.
Dengan pemahaman tersebut, para stakeholder dapat meraih peluang pertumbuhan yang ada. Studi ini memaparkan lebih dari 80 peluang pertumbuhan (growth opportunities) yang muncul dari 21 risiko tadi. Berbekal informasi ini para pembuat kebijakan, pelaku bisnis, dan tiap orang dapat menyusun langkah strategis dan taktis yang akan menekan dampak dari risiko tersebut.
"Risiko saat ini terkoneksi satu sama lain, di mana ketika risiko membesar, akan menimbulkan efek berantai di seluruh indistri, kawasan, dan berbagai stakeholder. Oleh karena itu, mitigasi risiko-risiko itu akan melibatkan ukuran-ukuran untuk mengkuantifikasi risiko yang relevan, mengestimasi probablitas terjadinya risiki dan adopsi pendekatan yang multi disiplin, kohesif, dan mencakup banyak aspek," ujar Murali Krishnan, Visionary Innovation Group Senior Industry Analyst, Frost & Sullivan.
Krishnan menambahkan, “Dengan perkiraan adanya 200 miliar perangkat yang terkoneksi pada tahun 2030, risiko serangan siber canggih akan meningkat. Perusahaan harus berinvestasi untuk tools yang dapat mengidentifikasi dampak dari risiko-risiko tersebut terhadap bisnis, mendeteksi kerentanan dan menghindari disrupsi."
Archana Vidyasekar, Visionary Innovation Group Research Director, Frost & Sullivan, memberi contoh bahwa lebih dari 40 juta penduduk Amerika menghadapi risiko banjir, hampir 300.000 warganya meninggal akibat pandemi COVID-19, dan harus menanggung biaya akibat serangan siber hampir US$1 miliar per tahun.
Untuk dapat memanfaatkan peluang pertumbuhan akibat risiko jangka pendek, menengah, dan panjang, Frost & Sullivan menyarankan agar organisasi memfokuskan pada area-area berikut:
Risiko Jangka Pendek
- Risiko privasi dan disinformasi: Organisasi harus mengadopsi pendekatan “privacy-by-design”, yang berarti lebih dari sekadar mengadopsi standar privasi yang umum dan mematuhi regulasi global.
- Meningkatnya penyakit menular: Teknologi seperti next-generation sequencing (NGS) dan CRISPR-based diagnostics akan memungkinkan pendekatan baru dalam mengatasi penyakit menular.
- Krisis air: inovasi di bidang pertanian seperti vertical farming dan optimized crop selection akan berperan penting dalam mengatasi krisis air bersih.
Risiko Jangka Menengah
- Urbanisasi: Urbanisasi akan memicu timbulnya kebutuhan solusi cerdas seperti intelligent grid control dan electrification, smart buildings, dan solusi smart storage.
- Risiko perubahan iklim: Organisasi akan memfokuskan investasinya pada gedung-gedung dengan konsumsi energi rendah sehingga emisi gas akibat efek rumah kaca dapat ditekan seminimal mungkin.
Risiko Jangka Panjang
- Artificial intelligence (AI) sebagai ancamant: AI mungkin bisa menjadi ancaman terhadap polarisasi pekerjaan, namun kemampuan komputasi kolaboratif dapat membantu alokasi pembagian tugas yang ideal antara manusia dan robot berdasarkan kemampuan khusus dan biaya deployment.
- Krisis identitas nasional: Ada peluang bisnis yang besar dalam pengadaan solusi digital authentication untuk layanan eGovernment seperti digitalisasi akte kelahiran, akte nikah, akte kematian, paspor dan SIM.