Find Us On Social Media :

Equnix: Hindari Security Breach, Terapkan Dua Lapis Keamanan Ini

By Dayu Akbar, Minggu, 17 Mei 2020 | 15:32 WIB

kredit foto: Diginomica

Akibat penyebaran virus Covid-19 yang terjadi sejak Desember 2019, roda ekonomi maupun kebiasaan orang perlahan berubah. Berbagai sektor industri mengalami kemacetan, namun tidak dengan bisnis e-commerce. Bahkan di Indonesia, aplikasi e-commerce merupakan aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat yakni sebesar 48,9 %, hal ini merupakan salah satu indikasi kebiasaan masyarakat berubah.Namun seiring dengan gencarnya belanja melalui daring, keamanan data pribadi masyarakat dipertanyakan. Pada prinsipnya konsumen memiliki berbagai opsi keamanan ketika mengakses akun mereka, dari sidik jari, PIN, hingga OTP. Namun kasus yang baru terjadi beberapa waktu lalu tetap saja membuat masyarakat was-was. Insiden kebocoran data pada beberapa perusahaan e-commerce hanyalah satu contoh karena sesungguhnya belakangan ini kebocoran data atau security breach makin sering terjadi. Sejak beberapa tahun terakhir, diperkirakan lebih dari ratusan juta data pribadi di seluruh dunia bocor, tak hanya 15 juta akun pengguna salah satu e-commerce terkenal di Indonesia. Kejadian demi kejadian itu mengungkapkan bahwa data pribadi yang tersimpan di platform digital saat ini sangat rentan, padahal kita semua sedang menuju era ‘New normal’ yang bergantung pada platform digital. Apa yang harus dilakukan oleh industri atau perusahaan yang berkutat dengan data masyarakat agar bisa melindungi data tersebut secara optimal?"Keamanan data nasabah adalah kebutuhan yang mutlak, tanpa itu perusahaan tidak dapat mempertahankan kepercayaannya. Data nasabah adalah kekayaan perusahaan yang terbesar", kata Julyanto Sutandang, CEO PT Equnix Business Solutions, yang merupakan perusahaan lokal penyedia jasa solusi teknologi informasi berbasis Open Source. “Security breach atau pembobolan sistem yang berakibat kebocoran data akan membahayakan bisnis perusahaan tersebut, dan bisa memberikan dampak negatif seperti hilangnya kepercayaan konsumen dan rusaknya reputasi perusahaan”, kata Julyanto lebih lanjut. “Kondisi itu pada akhirnya akan merugikan perusahaan tersebut karena konsumen akan pindah ke kompetitor. Intinya, jika data dalam suatu sistem rusak, hilang, atau dicuri, maka bencana akan menghampiri,” pungkasnya.Untuk menghindari hal tersebut, mesti diterapkan 2 lapis keamanan, diantaraya dengan memperkuat autentikasi dengan Single Sign On dan HSM/Smartcard. Dengan proteksi yang lebih baik ini, tidak ada password akses yang dapat dipergunakan oleh siapapun kecuali sistem. Cara lain yaitu dengan menerapkan enkripsi data dengan autentikasi yang canggih agar data yang sedang berada dalam storage tidak dapat disadap atau diambil oleh yang tidak berwenang.