Find Us On Social Media :

Ini Saran Red Hat Agar Transformasi Tak Terhenti di Masa Pandemi

By Liana Threestayanti, Sabtu, 23 Mei 2020 | 10:00 WIB

Ini saran Red Hat agar transformasi digital tak terhenti di tengah pandemi.

Khawatir transformasi digital terhenti gara-gara pandemi? Red Hat menyarankan perusahaan memfokuskan pada pengembangan talenta.

Hal itu disampaikan oleh Director & Regional Manager, Indonesia & ASEAN Growth Economies,  Red Hat, Rully Moulany, dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

Menurut sebuah survei Red Hat yang hasilnya diumumkan pada awal tahun 2019 lalu, terungkap bahwa tantangan terbesar bagi perusahaan yang sedang melakukan transformasi digital adalah talenta. Dan menurut Rully, dalam situasi pandemi atau krisis di mana mungkin perusahaan mengerem laju investasi teknologi, pengembangan talenta adalah langkah yang cukup murah dan mudah untuk dilakukan perusahaan.

"Itu tidak membutuhkan investasi yang besar. Dan transformasi bisa tetap berjalan dengan fokus pada pilar selain teknologi, yaitu people dan process," tegasnya.

Red Hat secara global menggelar program untuk upskilling talenta teknologi. Pertama, program Red Hat Certified Administrator Linux kini dapat diakses secara gratis oleh para pencari kerja dan pekerja yang sedang perlop/cuti melalui Skillsbuild.org. Kedua, kursus online gratis. "Bulan ini saja kami sudah memberikan 500.000 kursus online gratis di seluruh dunia," ujar Rully.

Khususnya di Indonesia, Red Hat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam program Digital Talent Scholarship Online Academy. "Kurikulum Red Hat sudah menjadi bagian dari program ini. Ada tujuh program yang kami ikutkan, mulai dari cloud computing dan lain-lain dengan tujuan akhir mensertifikasi 60 ribu student atau mahasiswa di tahun 2020," jelas Rully seraya berharap bahwa talenta dari ekosistem digital di negeri ini akan terangkat.

Pastikan Operasional Pelanggan Tetap Terjaga

Situasi pandemi COVID-19 memaksa banyak perusahaan menata kembali strategi bisnis maupun teknologinya. Red Hat sendiri telah menyiapkan beberapa program yang bertujuan membantu pelanggan bisa bertahan.

"Yang menjadi top of mind kami ketika krisis ini terjadi adalah kami harus make sure bahwa para pelanggan kami, terutama yang merupakan bagian dari sektor-sektor yang esensial seperti komunikasi, perbankan dan layanan masyarakat, dapat terus beroperasi. Jadi kami harus memastikan dukungan kami tidak terdisrupsi, 24x7 sehingga pengguna mereka tidak merasakan dampak negatifnya," jelas pria yang kini juga menangani bisnis Red Hat di Vietnam, Myanmar Kamboja, dan Laos ini.

Bentuk dukungan yang diberikan oleh Red Hat di antaranya adalah penawaran layanan Technical Account Management bagi pelanggan baru dengan diskon sebesar 50%.

"Sehingga ini memberikan pilihan kepada pelanggan yang ingin punya Technical Account Manager yaitu support manager untuk membantu operasional mereka agar lebih lancar lagi," jelas Rully.

"Kemudian kami juga memberikan extended life cycle terhadap produk-produk kami sehingga tidak memaksa pelanggan melakukan upgrading," Rully menambahkan. Extended life cycle ini diterapkan pada sebagian portofolio produk Red Hat yaitu Red Hat Enterprise Linux, Red Hat OpenShift, Red Hat OpenShift Container Storage, Red Hat Ceph Storage, dan Red Hat Runtimes.

Dengan berbagai inisiatif tersebut Red Hat berharap para pelanggan dapat terus menjaga kinerja operasionalnya di tengah pandemi COVID-19. Dan Rully Moulany yakin bagi perusahaan yang sudah dan sedang bertransformasi digital masa krisis dan pandemi ini justru akan menjadi afirmasi keandalan teknologi. Dan bahwa penerapan teknologi dan transformasi digital tidak lagi dapat ditunda.