Find Us On Social Media :

Kontroversi TikTok di India: Ketika Konten Sampah Gagal Disaring

By Wisnu Nugroho, Jumat, 29 Mei 2020 | 08:58 WIB

TikTok dikecam di India karena dianggap gagal menyaring konten yang menghina korban penyiraman air keras

Sebuah video yang beredar di Tiktok mengundang kontroversi di India. Video yang dibuat content creator bernama Faisal Siddiqui dianggap melecehkan korban penyiraman air keras. 

Faizal telah meminta maaf atas video tersebut, namun efeknya tetap fatal. Bukan saja Faizal yang mendapat kritikan tajam, namun juga TikTok. TikTok dianggap gagal melakukan proses moderasi sehingga video sampah seperti itu bisa tayang di platform milik ByteDance tersebut. 

Publik India pun menghukum TikTok dengan ajakan memblokir aplikasi video pendek tersebut. Tidak itu saja. Warganet India juga ramai-ramai memberikan rating jelek untuk TikTok di Google Play Store, sehingga rating TikTok sempat terjerembab dari 4,5 menjadi 1,2. 

Melihat kejadian itu, Google pun turun tangan. Juru bicara Google menyebut, pihaknya telah menghapus jutaan review negatif yang menyerbu TikTok. Saat ini, Rating TikTok kembali ke angka 4,3.

Tanggung Jawab Siapa?

Kasus TikTok di India ini kembali menunjukkan hubungan rumit antara pengguna dan penyedia platform dalam konteks tanggung jawab. 

Di satu sisi, pengguna (atau sekarang disebut dengan panggilan keren content creator) didorong menghasilkan konten yang viral. Apalagi iming-iming dari sebuah keviralan bukan cuma ketenaran, namun pundi-pundi rejeki yang menggiurkan. 

Sayangnya demi mengejar keviralan, beberapa content creator membuat konten yang kontroversial. Pada titik ini, seharusnya penyedia platform memiliki mekanisme untuk menyaring konten sampah seperti itu. 

Dalam sebuah pernyataan, TikTok menyebut pihaknya serius dalam menyaring konten negatif. “Memastikan keamanan pengguna TikTok adalah prioritas kami, yang tercermin dari Term of Services dan Community Guidelines yang secara jelas menyebut konten yang tidak boleh ditayangkan di platform kami, “ ungkap juru bicara TikTok dalam pernyataan tertulisnya. 

“Terkait konten yang telah melanggar aturan ini, TikTok telah menghapus konten, menonaktifkan akun pengguna, dan membantu aparat berwajib semaksimal mungkin,” tambah TikTok.

Namun kasus Faizal menunjukkan, mekanisme moderasi yang dilakukan TikTok gagal menyaring konten sampah seperti itu. Tidak cuma TikTok, semua media sosial populer sebenarnya juga masih tergagap-gagap menjalankan fungsi moderasi. 

Tanpa perubahan serius, kasus Faisal dan TikTok dengan mudah akan berulang.