Pendiri sekaligus mantan CEO Microsoft, Bill Gates memastikan teori konspirasi vaksin Covid-19 yang sedang viral dan menyudutkan namanya adalah sebuah pembodohan.
Teori konspirasi itu menyebutkan kalau Gates berencana menanamkan mikrochip ke dalam vaksin Covid-19 untuk memantau pergerakan warga yang mendapat vaksin itu. Pria berusia 64 tahun ini pun menyangkal tuduhan tersebut.
"Saya tidak pernah terlibat dengan jenis mikrochip apapun. Hampir sulit untuk menyangkal hal ini karena sangat bodoh dan aneh. Tapi, ini terus berulang sehingga isu ini hampir seperti kenyataan," kata Gates.
Menurut survey yang dilakukan YouGov, kantor berita Fox News merupakan media yang percaya dengan teori konspirasi vaksin Covid-19 Bill Gates. Bahkan 44 persen para pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun mempercayai teori konspirasi itu.
Lalu sekitar 12 persen orang yang memilih Hillary Clinton pada Pilpres AS 2016 lalu juga percaya dengan teori konspirasi Gates. Sisanya mengatakan mereka tidak yakin.
"Informasi yang salah tidak membuat kita berkembang dalam beberapa hal," tuturnya, seperti dilansir GeekWire.
Sejauh ini, yayasan sosial yang didirikan Gates dan istrinya yaitu Bill & Melinda Gates Foundation telah menambahkan dana sekitar US$1,6 miliar untuk pengembangan vaksin Covid-19.
Total dana yang telah diinvestasikan Gates untuk membuat vaksin sebesar US$5,7 miliar dengan harapan bisa menyelematkan 8 juta jiwa, seperti dikutip CNET.
Bill Gates bukan satu-satunya miliarder teknologi yang bekerja keras untuk menekan pandemi virus corona baru.
Ada juga pendiri dan CEO Amazon, Jeff Bezos yang menyisihkan pendapatan perusahaan sampai US$1 miliar untuk memproduksi alat tes Covid-19.
Selain itu, yayasan amal milik pendiri Facebook, Mark Zuckerberg juga menyumbang US$25 juta ke yayasan Gates untuk pengadaan alat perawatan pasien Covid-19.
Tak sampai di situ, salah satu pabrik farmasi besar dunia yaitu Johnson & Johnson pun berpacu dengan waktu untuk memproduksi satu miliar dosis vaksin virus corona.
Demi memproduksi miliaran vaksin, mereka mendapat sokongan dana dari BARDA (Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan) AS sekitar US$1,5 miliar.