Find Us On Social Media :

Asia Pasifik Berpotensi Jadi Episenter Global AI, Ini Syaratnya

By Liana Threestayanti, Rabu, 10 Juni 2020 | 21:00 WIB

Asia Pasifik siap jadi episenter global pertumbuhan AI.

Dengan dukungan framework dan kebijakan pemerintah, kawasan Asia Pasifik dapat menjelma sebagai episenter global bagi pertumbuhan Artificial Intelligence (AI), menurut Globaldata

Hal itu terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan beberapa negara di kawasan itu yang fokus pada pemanfaatan AI untuk meningkatkan produktivitas dan keunggulan kompetitif. Memanfaatkan kekuatannya, negara-negara tersebut ingin meraih posisi sebagai AI innovation driver atau AI innovation leader. 

“Meski prioritasnya berbeda-beda, mereka berupaya mencapai empat tujuan umum dan utama dengan memanfaatkan AI, memformulasikan kebijakan untuk para pekerja dalam automated economy, penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor yang memanfaatkan teknologi-teknologi baru, membangun ekosistem data untuk dimanfaatkan antarindustri vertikal agar menumbuhkan inovasi, dan mitigasi cerdas terhadap dampak AI terhadap pekerja dan menekan risiko," papar Sunil Kumar Verma, Lead ICT analyst GlobalData.

Sebagian negara di Asia Pasifik, dalam waktu lima tahun terakhir ini, sudah memiliki kebijakan dan inisiatif AI. Misalnya Jepang yang memiliki Artificial Intelligence Technology Strategy untuk mempromosikan pengembangan AI dan prioritas industrialisasi. Atau Korea Selatan yang menyediakan anggaran sebesar US$21 miliar (KRW24,2 triliun) untuk mengembangkan sains dan teknologi serta sektor AI.  

Sedangkan China membuat New Generation of Artificial Intelligence Development Plan yang mengusulkan tiga tahap pengembangan teknologi AI di China yang akan berlangsung pada 2020, 2025 dan 2030. India pun telah menuangkan kebijakan nasional untuk AI pada kertas kerja berjudul  ‘National Strategy for Artificial Intelligence’, dengan lima area sebagai fokusnya, yaitu pertanian, mobilitas, kesehatan, transportasi, dan infrastruktur urban/kota cerdas. Thailand pun tak ketinggalan dengan memformulasikan panduan untuk AI ethics di bawah Digital Economy and Society (DES) Ministry of Thailand. Langkah ini adalah untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan menunjang pengembangan yang berkelanjutan. 

Sunil  melihat bahwa kawasan Asia Pasifik memang diharapkan tampil sebagai pasar utama bagi inisiatif  berbasisAI. "Kebanyakan negara di kawasan ini sedang membentuk gugus tugas atau komite khusus untuk membuat strategi nasional untuk AI. Ada yang sudah diluncurkan, ada pula yang masih dalam proses peluncuran," ujar Sunil. 

Beberapa negara lainnya pun bersiap meluncurkan kebijakan dan framework berbasis AI. Malaysia mengumumkan kehadiran National Data and Artificial Intelligence (AI) Policy pada pertengahan 2020 ini, untuk menempatkan Malaysia sebagai hub di Asia Tenggara dalam menumbuhkan talenta AI dan mendukung upaya Malaysia dalam membangun ekosistem AI komersial. 

Sementara Indonesia diharapkan akan merilis strategi nasional untuk mendukung pengembangan kapabilitas di bidang teknologi terutama yang terkait AI. Filipina juga tengah memformulasikan road map AI untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonominya.

“Skenario penerapan AI pada vertikal industri terus bergerak dari yang semula metodologinya berbeda-beda menjadi lebih kompak. Kebutuhan digital governance dan pendekatan kolaboratif dengan perusahaan teknologi akan memfasilitasi peningkatan prioritas perusahaan dan pemerintah di rantai industri AI," Sunil menyimpulkan.