Find Us On Social Media :

Bisnis Hadapi Resiko Keamanan Siber Akibat Penggunaan Perangkat Usang

By Rafki Fachrizal, Kamis, 11 Juni 2020 | 16:17 WIB

Ilustrasi Keamanan Siber

Laporan terbaru NTT Ltd. yang bertajuk ‘2020 Global Network Insights Report’ menemukan bahwa ketika bisnis memindahkan aplikasi-aplikasi ke lingkungan multi-cloud, maka investasi di cloud melampaui pengeluaran untuk infrastruktur di perusahaan/organisasi.

Hal inilah yang telah menyebabkan adanya skema pembaruan dan peningkatan yang melambat, dengan semakin banyak bisnis memilih untuk terus memaksa aset jaringan dan memperlambat investasi dalam merancang kembali jaringan dan infrastruktur keamanan di tempat mereka.

Akibatnya, ada peningkatan perangkat-perangkat jaringan yang usang dan tidak diperbaharui sehingga perangkat lunak menjadi rentan, serta timbul risiko terhadap ancaman keamanan informasi.

Laporan yang didasarkan pada data yang diambil dari penilaian teknologi ini, telah dilakukan di lebih 1.000 klien dan mencakup lebih dari 800.000 perangkat jaringan, menemukan 46,3% aset jaringan organisasi menua atau usang, angka ini mewakili lonjakan besar pada 2017, ketika angka ini hanya 4,3%.

Lebih lanjut, wabah Covid-19 dan lonjakan yang terjadi akibat konsumsi bandwidth membuat tingginya tingkat ketegangan pada jaringan, menambah tantangan yang ada, dan pada akhirnya, menciptakan badai yang sempurna.

Dengan peningkatan kerja jarak jauh, akses jarak jauh dan konsumsi layanan suara dan video, jaringan milik organisasi dan infrastruktur keamanannya sedang berada di bawah tekanan yang luar biasa.

Mengomentari hasil laporan tersebut, Rob Lopez, Executive Vice President, Intelligent Infrastructure dari NTT Ltd., mengatakan “Di dalam 'normal baru' ini, akan banyak bisnis perlu, jika tidak dipaksa, untuk meninjau strategi jaringan dan keamanan arsitektur, operasional dan dukungan model untuk mengelola risiko operasional dengan lebih baik.”

“Kami berharap untuk melihat perubahan strategi dalam menciptakan prioritas pada kelangsungan bisnis dan persiapan untuk masa depan jika sistem ‘lockdown’ mulai mereda. Infrastruktur jaringan perlu dirancang secara tepat dan dikelola untuk menghadapi lonjakan yang tidak direncanakan, di mana hal ini perlu untuk dilihat kembali baik di cloud dan infrastruktur fisik di perusahaan sehingga dapat mengurangi dampak dan frekuensi pemadaman bisnis,“ tambahnya.

Baca Juga: Sambut New Normal, HR Perlu Antisipasi dengan Menerapkan Teknologi Ini

Risiko Keamanan Perangkat yang Usang di Tempat Kerja Masa Depan

Dalam laporan tersebut, diungkapkan bahwa perangkat yang sudah usang rata-rata memiliki kerentanan dua kali lebih banyak per perangkat (42,2) bila dibandingkan dengan perangkat yang lama (26,8) dan yang terkini (19,4), sehingga menciptakan risiko.

Risiko ini semakin buruk ketika bisnis menunda memperbaharui perangkat atau meninjau ulang versi sistem operasi selama masa pakainya. Padahal untuk memperbaharuinya dapat dilakukan secara bertahap, dan seringkali negosiasi dengan pemilik teknologi berdasarkan perjanjian pemeliharaan atau perpanjangan garansi dapat dilakukan.

Di dalam ‘normal baru’, saat bisnis mulai menata kembali cara mereka bekerja, cara menanamkan ketahanan dalam operasional suatu organisasi akan menjadi kuncinya. Pandemi memperkenalkan perubahan secara permanen pada cara bisnis beroperasi, termasuk menerapkan ruang kerja yang cerdas yang mengakomodasi social distancing di dalam kantor fisik mereka, sementara banyak perusahaan akan terus menerapkan kerja jarak jauh.

Sementara itu, dengan adopsi infrastruktur nirkabel baru yang meningkat - peningkatan 13% dari tahun ke tahun - dan munculnya kantor terbuka dan ruang kerja bersama, maka pendekatan baru untuk semua arsitektur jaringan akan sangat diperlukan.

Bisnis akan membutuhkan peralatan, pengetahuan, dan keahlian untuk dapat merancang ulang jaringan untuk evolusi 'normal baru' dalam jangka pendek, menengah dan panjang, di mana orang-orang bekerja dari jarak jauh, dan dengan perangkat apa pun – tidak saja dalam mendukung ruang korporasi tetapi juga area-area publik dan ritel di mana social distancing biasanya sulit untuk dilakukan.

Seperti contoh, saat kita beralih ke ‘normal baru’, AI dan pembelajaran mesin dapat diterapkan untuk membantu memonitor langkah-langkah social distancing tersebut – dengan demikian jaringan akan menjadi platform krusial yang memungkinkan hal itu dilakukan.

Baca Juga: Kasvlo, Aplikasi untuk Pemudah UKM Mencatat Keuangan Secara Online