Pemanfaatan blockchain kian meluas ke berbagai sektor. Salah satu sektor yang akan menuai manfaat blockchain adalah sektor pangan. Sebuah perusahaan pembudidaya ikan salmon memanfaatkan blockchain untuk mencegah penipuan.
Kesalahan informasi produk (mislabel) dan penipuan marak terjadi di tengah industri pangan terutama di kalangan peritel. Sebuah organisasi yang bergerak dalam pengawasan pangan laut (seafood), Oceana.org, menyatakan baru-baru ini, bahwa satu dari tiga produk pangan laut tidak diberi label yang semestinya. Konsumen mengira dirinya membeli ikan salmon, padahal bukan. Sementara konsumen sudah membayar produk seharga ikan salmon.
Kvarøy Arctic, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya ikan salmon dan pemasok ke sejumlah peritel besar, memutuskan untuk berganbung dengan IBM Food Trust yang berbasis blockchain. Misi dari Food Trust adalah memasok data yang andal dan produk asli kepada pengguna di jaringannya.
Food Trust diperkenalkan IBM pada bulan Oktober 2018, dengan 11 anggota pendukung di jaringan blockchain, di antaranya ada nama Walmart, Dole, dan Nestlé. Dan pada bulan Juni 2020, tercatat ada sekitar 300 supplier dan buyer di jaringan Food Trust dan 6 juta produk pangan yang sudah ada di rak-rak toko. Namun masih ada ribuan petani dan pemasok yang belum menjadi bagian dari jaringan Food Trust.
Dengan bergabung dalam Food Trust, Kvarøy Arctic dapat menyajikan data-data historis dari ikan salmon yang dipasoknya kepada corporate buyers, seperti Whole Foods Market di AS dan Kanada, maupun buyer yang merupakan pemilik restoran.
Cukup dengan memindai QR code, buyer dapat memperoleh data historis dari ikan salmon Arctic yang dibudidayakan Kvarøy Arctic dan jenis pakan yang dikonsumsinya. Mereka juga akan dapat mengunduh gambar dan video dari tempat budidaya dan melihat sendiri kondisi serta standar-standar yang diterapkan oleh Kvarøy Arctic.
Seperti dikutip dari Forbes.com, selama masa pandemi, Kvarøy Arctic mendapat lebih banyak permintaan untuk seafood segar dari konsumen di AS, bahkan volume pengiriman mencapai dua kali lipat dari biasanya. Menurut IBM, dengan bergabung dalam Food Trust, produsen pangan maupun pakan, distributor, dan peritel yang berkolaborasi menggunakan data di blockchain dapat memenuhi permintaan tersebut.
Blockchain memiliki potensi untuk membangun kepercayaan (trust) di sepanjang rantai pasok (supply chain) karena blockchain memungkinkan tersedianya data transaksi yang permanen dan terdigitalisasi serta tidak mungkin dapat diubah. Melalui Food Trust, para produsen pakan, petani budidaya ikan, distributor, dan peritel dapat mengakses data produk secara komprehensif dan real time.
"Blockchain adalah sebuah masa depan untuk mengakhiri penipuan atau fraud di industri pangan laut ini. Tingkat transparansi dari blockhain ini akan memperlihatkan dedikasi kami untuk menjadi yang terbaik,” ujar Alf-Gøran Knutsen, CEO Kvarøy Arctic seperti dikutip dari laman Forbes.com. Alf-Gøran Knutsen melanjutkan bahwa teknologi blockchain juga mampu menelusuri detail hingga ke tingkat di mana Kvarøy Arctic perusahaannya dapat mengurangi pangan yang terbuang (food waste).