Find Us On Social Media :

Sistem Navigasi Beidou Komplit, China Kini Tidak Lagi Tergantung GPS

By Wisnu Nugroho, Jumat, 26 Juni 2020 | 09:00 WIB

China luncurkan Satelit BDS

China dan Amerika Serikat (AS) tidak bersaing soal politik dan perdagangan, tapi juga teknologi.

Di tengah konflik bilateral yang belum juga mereda, China semakin agresif mengembangkan teknlogi baru untuk bersaing dengan AS.

Hal ini bisa dilihat dari langkah China meluncurkan satelit terakhir untuk Beidou Navigation Satellite System (BDS). BDS ini adalah sistem navigasi global yang dikembangkan China, dan digadang-gadang akan menjadi pesaing Global Positioning System (GPS) milik Amerika Serikat.

China sendiri mulai mengerjakan sistem navigasi berbasis satelit sejak akhir dekade 1990-an. Kemudian, pada tahun 2000, tahap awal Beidou atau disebut "Big Dipper" dalam bahasa Inggris sudah mulai beroperasi dengan menyediakan cakupan layanan satelit di negara China.

Di tahun 2012, sistem naviasi Beidou ini memasuki pengembangan tahap kedua dengan cakupan layanan lebih luas, yaitu wilayah Asia Pasifik. Dan kini, China telah meluncurkan satelit terakhir, atau yang ke 35, untuk melengkapi sistem navigasi yang mencakup seluruh dunia.  

Pengembangan Beidou menghabiskan dana 10 miliar dollar AS (Rp 141,5 triliun). Dengan adanya Beidou, China tidak lagi tergantung pada GPS untuk keperluan navigasi global. Hal ini tentu saja menaikkan posisi China di sisi politik dan militer. Contohnya China tetap dapat memiliki sistem navigasi jika (misalnya) Pemerintah AS menutup akses ke layanan GPS-nya. 

Di masa mendatang, Beidou akan diintegrasikan dengan jaringan 5G di China. Awal tahun ini, seorang juru bicara Beidou mengklaim bahwa 70 persen smartphone di China sudah mendukung sistem navigasi Beidou.

Selain Beidou dan GPS, sistem navigasi berbasis satelit lainnya adalah Global Navigation Satellite System (GLONASS) besutan Rusia dan Galileo dari Eropa.