Find Us On Social Media :

Sony Bakal Berikan Rp713 Juta untuk Penemu 'Bug' di PlayStation 4

By Adam Rizal, Senin, 29 Juni 2020 | 13:00 WIB

Meski Ponsel Tak Laku, PlayStation 4 Laku 100 Juta Unit

Sony menggelar sayembara mencari 'bug' atau celah keamanan pada PlayStation Network dan konsol PlayStation 4 (PS4).

Tak tanggung-tanggung, Sony menawarkan total hadiah mencapai 50.000 dollar AS atau Rp 713 juta.

Dalam sayembara "Bug Bounty Program" ini, Sony mengajak para pencinta game, pengamat keamanan sistem, hingga masyarakat dari berbagai kalangan untuk turut berpartisipasi dalam acara ini.

"Saya senang untuk mengumumkan bahwa hari ini bahwa kami memulai program PlayStation Bug Bounty karena faktor keamanan produk merupakan hal paling utama untuk menciptakan pengalaman yang terbaik bagi komunitas kami," kata Senior Director Software Engineering Sony Geoff Norton.

Para peserta akan diminta untuk mencari "bug" yang berpotensi muncul dalam sistem dan aksesori konsol PS4.

Peserta juga dipersilakan untuk mencari celah keamanan pada infrastruktur jaringan PlayStation Network dan sejumlah situs PlayStation terkait.

Jumlah hadiah yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari 100 dollar AS (Rp 1,4 juta) hingga 50.000 dollar AS (Rp 713 juta), tergantung tingkat kesulitan serta jenis kerusakan keamanan sistem yang ditemukan.

Jumlah hadiah ini lebih besar dari program serupa yang digelar oleh Microsoft dan Nintendo. Kala itu Nintendo dan Microsoft menawarkan hadiah sebesar Rp 285 juta untuk penemu "bug".

Nintendo merupakan perusahaan pertama yang meluncurkan program ini pada tahun 2016 lalu dan disusul Microsoft yang meluncurkan sayembara serupa untuk Xbox pada Januari 2020.

Pada kesempatan ini, Sony juga bekerja sama dengan HackerOne, sebuah platform bagi para hacker untuk mendapat pekerjaan bug bounty.

HackerOne juga pernah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan seperti seperti PayPal, Twitter, Snapchat, Shopify, General Motors, Slack, dan Uber.

Dirangkum ZDNet, sebelum dibuka untuk publik, Sony sudah lebih dulu menggelar program ini secara diam-diam sejak tahun lalu dan hanya melibatkan sejumlah peneliti saja.