Find Us On Social Media :

Pentingnya Data Terbuka di Asia: Pelajaran dari Pandemi COVID-19

By Cakrawala, Selasa, 30 Juni 2020 | 21:00 WIB

Ilustrasi data terbuka alias open data.

Penulis: Andy Waroma (Direktur Asia, European Cloud Alliance)

Data terbuka alias open data bisa membantu untuk memperoleh wawasan yang lebih dalam terhadap masalah sosial yang kompleks dan peluang yang belum dimanfaatkan, sehingga kita bisa mempercepat pemulihan dari pandemi COVID-19.

Untuk mengatakan bahwa pandemi COVID-19 ini telah meningkatkan keperluan ekonomi digital dan mempercepat adopsi teknologi baru dalam kehidupan sosial dan bekerja merupakan pernyataan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Seperti yang dikatakan oleh CEO Microsoft, Satya Nadella, “Kita telah menyaksikan transformasi digital yang setara dengan dua tahun hanya dalam dua bulan”, karena seluruh lapisan masyarakat beradaptasi dengan cara baru dalam bekerja dan menyelesaikan masalah.

Faktor penting pendorong  dari percepatan teknologi ini adalah data terbuka atau dikenal sebagai open data.

Data terbuka lebih penting dari yang kita bayangkan untuk kerja sama dan kolaborasi lintas batas. Makin hari, diskusi seputar data terbuka melibatkan tidak hanya pemerintah, tetapi juga organisasi nonpemerintah; dan dalam beberapa kasus, sektor swasta, baik perusahaan kecil maupun besar.

Membuat rangkaian set data spesifik tersedia untuk semua dapat membantu upaya pemulihan paskapandemi COVID-19. Misalnya, pemerintah Korea merilis berbagai set data seperti data penjualan masker publik dan jumlah kasus nasional dan internasional, yang terkonfirmasi sebagai API (application programming interface) terbuka. Pembukaan data secara umum ini akan memungkinkan para ahli teknologi informasi atau TI dan masyarakat untuk memanfaatkan data tersebut untuk pengembangan lebih lanjut yang akan bermanfaat untuk kepentingan publik.

Selain berbagi informasi penting kepada setiap individu di komunitas dan memungkinkan respons cepat hasil dari pembukaan data yang ada, data terbuka juga membantu mempercepat pemulihan ekonomi pada skala besar.

Contohnya, di sektor transportasi, banyak penghematan besar terjadi sebagai hasil dari penggunaan data terbuka. Upaya terbaru oleh otoritas transportasi London untuk merilis informasi yang konsisten dan terbarui, diperkirakan menghasilkan penghematan sampai £130 juta per tahun untuk pelanggan, pengguna jalan, Kota London, dan otoritas itu sendiri; serta tambahan £120 juta sampai £150 juta dalam nilai kotor per tahun untuk perusahaan.

Laporan dari Inggris tersebut membuka percakapan untuk potensi penghematan dengan memanfaatkan data terbuka. Seiring makin banyaknya data yang tersedia bagi organisasi, hal itu akan memudahkan pengembangan algoritme terdepan. Alhasil, pembuat keputusan bisa memperoleh wawasan yang lebih dalam terhadap masalah sosial yang kompleks dan peluang yang belum dimanfaatkan, untuk mempercepat pemulihan kita di berbagai sektor dari pandemi COVID-19.

Di Asia, konsep data terbuka terus mendapatkan momentum. Benar adanya bahwa pemerintah telah berusaha untuk memaksimalkan manfaat data terbuka, bahkan sebelum pandemi COVID-19. Percakapan ini sekarang berada di garis depan. Berikut tiga di antaranya.

Di saat masyarakat tengah fokus pada pemulihan, penting untuk menjaga momentum data terbuka di Asia. Potensi manfaat bagi organisasi di berbagai skala, pengusaha, UKM, serta komunitas yang lebih besar akan signifikan jika kita bekerja bersama dalam aneka upaya mengembangkan data terbuka yang aman. Kabar baiknya adalah bahwa ada banyak praktik terbaik tentang hal ini yang sudah dapat kita bangun.