Facebook mengakui adanya kekeliruan dalam sistem perusahaan yang membiarkan 5.000 developer aplikasi mengumpulkan data pengguna. Tidak diketahui berapa besar data pengguna yang telah diambil secara ilegal ini.
Dalam pengaturannya, sistem Facebook akan mencegah developer aplikasi mengakses data pribadi jika pengguna tersebut tidak aktif di Facebook selama 90 hari. Namun, Facebook mengaku lock-out tersebut tidak selalu berhasil.
"Baru-baru ini kami menemukan bahwa dalam beberapa kasus aplikasi terus menerima data secara tidak benar, bahkan data dari akun Facebook yang tidak aktif dalam 90 hari terakhir," ujar Facebook seperti dikutip dari BBC International.
Facebook mencontohkan kesalahan dalam aksi ini. Ada dua teman Facebook menggunakan aplikasi yang sama dan hanya satu yang masih menggunakannya setelah 90 hari, pengembang aplikasi malah terus mendapatkan data pribadi dari teman yang sudah tak aktif tersebut.
"Ini bisa terjadi bila seseorang mengundang teman-teman mereka dari kota asalnya untuk berolahraga, tetapi kami tidak menyadari beberapa teman mereka yang tidak aktif selama berbulan-bulan," terang Facebook.
Facebook mengungkapkan informasi yang didapatkan pengembang aplikasi adalah data yang sebelumnya sudah diizinkan pengguna untuk dikumpulkan.
"Kami sudah memperbaiki masalah ini sehari setelah kami menemukannya," jelasnya sambil mengatakan perusahaan sudah mengubah kebijakan untuk pengambilan data tersebut.
Sebelumnya pada 2018 Facebook menghadapi skandal kebocoran data dari aksi Cambridge Analytica. Ada lebih dari 78 juta data pengguna yang dikumpulkan secara ilegal. Atas masalah ini Facebook di denda US$5 miliar.