Pengeluaran (spending) untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia mengalami penurunan akibat pandemi. Namun peluang besar menanti di sektor mobility dan cloud.
Pengeluaran untuk TIK di Indonesia pada tahun 2020 ini akan mengalami penurunan 7,1% akibat pandemi COVID-19. Padahal, sebelumnya, spending TIK diprediksi naik hingga 7,5%. Hal ini tentu tak mengherankan karena wabah virus corona memang memukul hampir semua sektor industri, menurut Market Opportunity Forecasts Model dari GlobalData.
Pengeluaran untuk hardware diprediksi turun hingga 7,7%. Sebelumnya, pengeluaran untuk hardware ini diproyeksikan akan tumbuh hingga 8,3% tahun ini. Bahkan pada tahun 2019, angka pertumbuhannya mencapai 9,9%.
“Perusahaan di Indonesia menunda pembelian hardware adalah respons awal terhadap ketidapastian ekonomi akibat pandemi. Dengan beralihnya perusahaan ke fase remote working, seluruh capital expenditure dievaluasi ulang dan berakibat pada berkurangnya pengeluaran untuk hardware di pasar domestik Indonesia,” jelas Kaipa Sai Shashank, Senior Technology Analyst, GlobalData.
Tren yang sama juga terjadi pada software. Permintaan akan software juga akan menurun di tahun ini karena perusahaan juga menunda implementasi aplikasi di tahun ini. Namun yang menarik adalah pasar untuk enterprise social networking dan collaboration platforms akan meningkat 31,3% di tahun ini karena tren remote working yang terus meningkat.
GlobalData juga memperkirakan pasar untuk ICT services akan menurun karena organisasi juga menangguhkan layanan yang berorientasi proyek sampai business visibility membaik. Pengeluaran untuk managed dan support services juga termasuk yang mengalami penurunan karena, lagi-lagi, perusahaan menunda penggunaan layanan ini di tengah ketidapastian finansial.
Di area cloud, pasar public cloud, yang terdiri atas IaaS, PaaS dan SaaS akan memperoleh pangsa yang siginfikan di pasar cloud computing Indonesia tahun ini. Pasar public cloud diprediksi akan meningkat 3,3% dari tahun 2019.
“Perusahaan di Indonesia memanfaatkan layanan public cloud untuk mengelola proses seperti data recovery dan sistem backup mereka secara efektif, “ jelas Kaipa Sai Shashank.
Berbicara tentang sektor yang terdampak COVID-19, sektor pemerintahan di Indonesia justru yang paling sedikit terimbas, di mana pengeluarannya untuk TIK diperkirakan hanya turun 0,8% tahun ini. Sedangkan sektor kesehatan yang pastinya berkaitan langsung dengan pandemi juga akan mengalami penurunan pengeluaran TIK sebesar 1,0%. Sektor komunikasi juga mengalami penurunan 1,4%.
“Untuk memastikan business continuity dan meminimalkan kerugian, organisasi di Indonesia telah mengadopsi strategi cloud-first dengan mengalihkan infrastruktur TIK-nya ke cloud, dan hal ini meningkatkan fokus mereka pada adopsi solusi berbasis cloud. Model workplace saat ini yang diadopsi karena adanya wabah COVID-19 juga telah meningkatkan permintaan akan tool kolaborasi di Indonesia,” Kaipa Sai Shashank memberi kesimpulan.
Dan bagi vendor TIK, GlobalData mengingatkan bahwa teknologi mobility dan cloud masih akan menghadirkan peluang dalam waktu dekat ini. GlobalData juga menyarankan agar vendor memberi perhatian lebih pada segmen usaha kecil menengah. Di segmen ini transformasi digital cenderung didorong oleh pertimbangan efektivitas biaya. Tidak seperti perusahaan berskala enterprise karena segmen enterprise umumnya sudah memiliki infrastruktur legacy.