Find Us On Social Media :

Transaksi Ecommerce di Indonesia Meningkat 400 Persen Selama Pandemi

By Adam Rizal, Sabtu, 18 Juli 2020 | 16:30 WIB

Ilustrasi Platform Ecommerce + besutan startup Perpule.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan transaksi e-commerce di Indonesia saat ini meningkat pesat mencapai 400 persen.

Peningkatan tersebut didorong kebutuhan masyarakat yang bergantung pada transaksi online, apalagi di masa pandemi corona.

“Kalau dilihat, responden yang menggunakan platform digital selama COVID-19 ini 51 persen sosial media, 45 persen online education, e-commerce 42 persen, virtual meeting 40 persen, dan e-banking 34 persen,” tutur Airlangga dalam konferensi virtual.

Peningkatan transaksi digital melalui e-commerce juga disebabkan meningkatnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang mulai tergabung dalam ekosistem daring.

Sampai Mei 2020, pemerintah mencatat UMKM yang sudah memasarkan produk melalui platform online mencapai 1 juta unit.

Menurut Airlangga, sektor digital merupakan potensi bagi perekonomian pada masa mendatang.

Ia memungkinkan valuasi digital Tanah Air pada 2025 mencapai US$135 miliar. Angka itu mendominasi valuasi ASEAN yang totalnya diproyeksikan sebesar US$150 miliar.

“Jadi lebih dari 85 persen itu pasarnya di Indonesia,” tuturnya.

Di samping itu, Airlangga berharap sektor digital mampu menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi di masa pandemi.

Terutama di kuartal III, negara tengah berupaya bisa mendongkrak pertumbuhan di level positif atau setidaknya 0 persen setelah diprediksi mengalami minus pada kuartal kedua.

Sepanjang kuartal II, kata dia, Indonesia diproyeksikan mengalami kontraksi atau minus 3,8 persen bahkan sampai 4,5 persen.

Negara-negara lain juga mengalami kondisi serupa akibat adanya kebijakan lockdown. Malaysia, misalnya, melaporkan pertumbuhannya telah -8,4 persen. Kemudian Thailand -11,1 persen. Lalu, Filipina -7,6 persen dan Singapura -12,6 persen.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan pihaknya saat ini tengah berupaya membangun akses pasar bagi pelaku usaha UMKM melalui jalur digital. Bagi pelaku usaha masih menerapkan sistem offline, ia mendorong mereka untuk bertransformasi secara cepat.

“Kami melakukan melakukan pendampingan, bagaimana melakukan pemasaran sampai akhirnya akses ke permodalan,” katanya.