Tren pertumbuhan e-commerce dipandang akan masih terus berlanjut pada kuartal ketiga dan bahkan sampai kuartal keempat.
Hal itu dikarenakan e-commerce menjadi salah satu alternatif untuk berjualan dalam memitigasi kondisi yang ada, termasuk bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Saya rasa ini menjadi salah satu terobosan ke depannya, yang menjadi gaya hidup baru dalam belanja. Apalagi didukung sistem pembayaran cashless dan digital yang menggantikan pembayaran secara cash," jelas pengamat ekonomi Josua Pardede kepada Media Indonesia.
Dia menilai dengan bergeraknya e-commerce ini akan menggerakkan sektor lainnya seperti logistik dan perusahaan pengiriman barang. Selain itu, sektor kelas menengah ke atas akan tetap menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan e-commerce tersebut.
"Ini lantaran kelas menengah ke atas saat ini masih memiliki daya beli, meski memang cenderung menahan diri dalam berbelanja dan hanya membeli kebutuhan pokok," kata dia.
Sebagai informasi, data industri e-commerce menunjukkan ada peningkatan transaksi harian pada e-commerce sebanyak 26 persen selama pandemi COVID-19. Survei Facebook, Bain & The Company, di Indonesia dan empat negara Asia Tenggara lainnya pun menunjukkan peningkatan konsumen baru sebesar 28 persen yang mencoba aplikasi e-commerce untuk pertama kalinya.
Berlanjutnya pertumbuhan ecommerce pun diakui General Manager Kredivo Lily Suriani. Menurut dia, data internal Kredivo mencatat peningkatan cukup stabil atas jumlah pengguna baru yang melakukan transaksi pada e-commerce sampai 42 persen selama masa pandemi (periode Februari sampai Juni 2020) ketimbang jumlah pengguna aktif Kredivo di akhir Januari 2020.
"Penetrasi kredit yang masih tergolong rendah di Indonesia jadi salah satu faktor terbatasnya fleksibilitas pembayaran secara berkala bagi konsumen saat bertransaksi di e-commerce. Kemudahan, keamanan, serta fleksibilitas yang kami tawarkan, misalnya, makin mendorong pemanfaatan kredit digital pada e-commerce dan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk bertransaksi secara digital, terutama di tengah masa sulit saat ini," jelas Lily.
Logistik Meningkat
Senada dengan dia, Direktur Komersial PT Pos Indonesia Charles Sitorus membenarkan bukan hanya sektor pendanaan online yang turut terdampak pertumbuhan e-commerce, sektor logistik juga ikut bertumbuh.
Menurut data PT Pos Indonesia, secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah pengiriman barang untuk distribusi intracity (dalam kota) sampai 34 persen. Selain itu, pengiriman produk e-commerce pun meningkat hingga 42 persen dan secara nilai (shipment value) naik sampai 58 persen.
"Ada kebiasaan baru di pola belanja konsumen kita. Dulunya banyak pengiriman untuk barang di sektor fesyen, kosmetik, sekarang lebih ke pangan," ujar Charles.
Selain dukungan ecommerce, kenaikan juga didukung berbagai kemudahan layanan pembayaran. Bagi konsumen yang awam dengan pembayaran digital, transaksi bisa dilakukan secara cash on delivery (COD) yakni transaksi tunai secara langsung antara konsumen dan kurir.
"Volume perdagangan lewat COD peningkatannya amat terasa. Jika dilihat dari nilainya, naik 42 persen untuk jumlah item-nya," pungkas Charles.