Find Us On Social Media :

Transaksi Penjualan Lewat Facebook dkk Capai Rp344 Triliun di AS

By Adam Rizal, Senin, 20 Juli 2020 | 16:30 WIB

Facebook Product

Penjualan produk-produk melalui media sosial atau social commerce, seperti Facebook, Instagram, Line, dan WhatApp mencapai USD23,3 miliar setara Rp344,6 triliun (kurs Rp14.793 per dolar AS).

Angka itu naik 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terjadi di tengah pandemi virus corona (covid-19) ditopang oleh banyaknya pelaku usaha yang mulai merambah fitur penjualan lewat media sosial.

Namun demikian, angka itu lebih rendah dari proyeksi eMarketeer yang sebelumnya menyebutkan angka penjualan produk social commerce sekitar US$21,3 miliar.

Di sisi lain, eMarketeer mengungkap penjualan social commerce akan terus tumbuh ketika jejaring sosial memperkenalkan fitur-fitur baru dan pembelian sosial mencapai massa kritis.

Terutama, Facebook meluncurkan fitur Shops selama pandemi, sebuah fitur yang memungkinkan bisnis di Facebook dan Instagram untuk menambahkan tab belanja ke halaman mereka.

Pinterest, Snapchat dan TikTok juga telah merilis produk iklan baru dan fitur belanja dalam satu tahun terakhir yang semakin mengintegrasikan e-commerce ke dalam platform ini.

Dilansir dari Business Insider, pertumbuhan penjualan social commerce juga akan dibantu oleh bisnis kecil yang belum bergantung pada e-commerce sebelum pandemi.

Alih-alih menggunakan platform e-commerce, saat ini bisnis kecil sedang berusaha untuk menjual produk lewat social commerce demi meningkatkan penjualan.

Social commerce lebih mudah digunakan sebab menjual produk melalui media sosial yang telah lama digunakan daripada platform e-commerce.

Di sisi lain, survei baru oleh Parcel Perform dan iPrice Group pada 2019 lalu menunjukkan pengiriman menjadi tantangan terbesar dalam penjualan digital.

Tantangan tersebut hadir di tengah pertumbuhan e-commerce Indonesia adalah yang paling kuat di Asia Tenggara, yaitu sebesar 10,3 persen selama lima tahun terakhir

Sebanyak 36 persen konsumen menyatakan ketidakpuasan dalam pengalaman pengiriman e-commerce mereka.

Survei dilakukan dengan melibatkan lebih dari 80 ribu konsumen di Malaysia, Singapura, Indonesia, Vietnam, dan Thailand.

Lebih dari 90 persen pelanggan mengajukan keluhan dan tanggapan negatif terkait keterlambatan pengiriman dan kurangnya komunikasi tentang status pengiriman.