Find Us On Social Media :

Melirik Potensi Pemanfaatan Data di Industri Energi

By Wisnu Nugroho, Jumat, 21 Agustus 2020 | 10:02 WIB

Melirik pemanfaatan data di industri energi

Saat ini, produksi minyak mentah di Indonesia berada di kisaran 700 ribu barrel/hari. Namun angka itu berpotensi ditingkatkan menjadi 1 juta barel dengan mengoptimalkan sumur minyak yang telah ada. “Jadi sumur yang sudah lama dipelajari detailnya, sehingga produksinya bisa meningkat 20-30%,” ungkap Amien Sunaryadi (President Commissioner PT. PLN Persero).

Amien mengungkapkan hal tersebut pada acara Circle of Data Leaders: Energy Sector Edition yang diadakan oleh IYKRA. Melalui webinar ini, panelis dari berbagai pemangku kepentingan di industri energi membahas potensi big data dan teknologi data dalam menjawab prospek dan tantangan di masa depan. Contoh yang dikemukakan Amien di atas adalah satu dari beberapa potensi pemanfaatan data di industri migas.

Akan tetapi, potensi sebenarnya dari penggunaan data adalah di sisi eksplorasi, alias menemukan sumur minyak baru di tanah air. “Karena basin (cekungan-red) yang belum tersentuh masih lebih banyak dibanding yang sudah tersentuh,” ungkap Amien yang juga mantan Kepala SKK Migas ini. Jika bisa menemukan sumber minyak baru, Indonesia bisa mencapai angka produksi 1,5 juta barel per hari yang menjadi target selama ini.

Tantangan Implementasi

Meski menyimpan potensi, penggunaan data di industri energi memang masih menghadapi sejumlah tantangan. Tiga kendala yang sering disebut pelaku industri adalah kurangnya business support, kesulitan menentukan data yang relevan, serta kurangnya sumber daya seputar teknologi data yang dimiliki perusahaan. 

Untungnya, tiga kendala utama tersebut perlahan mulai menemukan solusinya. “Perusahaan minyak dan gas terus menghadapi sejumlah tantangan khusus industri, termasuk kurangnya visibilitas ke dalam proses operasional yang kompleks” ungkap Amien. “Sudah saatnya kita membuat strategi pengembangan industri dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi data mengikuti trend digital yang sedang berjalan ini,” tambah Amien.

Hal senada juga diungkap Jaffee Arizon Suardin (Deputy of Business Planning SKK Migas). “Diperlukan transformasi digitalisasi industri minyak dan gas di Indonesia sehingga semua kegiatan operasional hulu migas yang tersebar di seluruh Indonesia bisa terpantau secara realtime dan online,” ungkap Jaffee.

Sedangkan tantangan di bidang talenta, bisa diatasi dengan mengedepankan kolaborasi. “Acara Circle of Data Leaders ini merupakan salah satu misi IYKRA untuk memperkenalkan pentingnya implementasi teknologi data untuk mengembangkan dan memajukan industri di era digital saat ini,” ungkap Fajar Jaman (CEO IYKRA). Kolaborasi bisa dilakukan dengan bersama menganalisa data penting di sisi produksi, logistik, sampai manajemen aset, yang akan menjadi basis perusahaan energi dalam mengambil keputusan.

Mski peran data kini semakin krusial dalam pengambilan keputusan, bukan berarti peran praktisi di dunia energi menjadi terpinggirkan. Peran praktisi ini justru krusial, karena memiliki pengalaman untuk menginterpretasikan data. 

“Pengalaman dan data harus sama-sama ada, karena kita tidak bisa mengecilkan pengalaman yang dimiliki [praktisi di dunia energi ini],” ungkap Jaffee. Apalagi untuk membaca makna dari deretan data, pengalaman tetap menjadi satu hal penting. “Jadi tetap harus dibutuhkan wisdom di sana,” tambah Jaffee.