Find Us On Social Media :

Huawei dan ABDI Sepakat Riset dan Inovasi Jadi Tolak Ukur Keberhasilan Bangsa

By Indah PM, Selasa, 25 Agustus 2020 | 11:00 WIB

Huawei meluncurkan APAC Ascend Partner Program untuk perkokoh ekosistem Artificial Intelligence di Asia Pasifik.

Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 tahun ini terasa berbeda. Semangat dan kerja keras bangsa lebih terasa untuk bisa pulih kembali dari kelesuan akibat pandemi Covid-19 yang berdampak ke semua sektor.

Berdekatan dengan perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, yang jatuh setiap 10 Agustus, Huawei Indonesia bekerja sama dengan Asosiasi Big Data & AI Indonesia (ABDI) menggelar webinar tentang urgensi pengembangan solusi-solusi efektif berbasis teknologi Kecerdasan Artifisial (KA), melalui riset dan pengembangan inovasi.

Webinar ini menghadirkan pembicara utama Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dan CEO Huawei Indonesia Jacky Chen, serta beberapa praktisi lainnya.

Melalui webinar tersebut, Huawei Indonesia, ABDI, dan tokoh-tokoh yang terlibat sebagai pembicara, sepakat bahwa riset dan pengembangan adalah faktor fundamental yang perlu mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa riset dan pengembangan inovasi menjadi kunci dalam mendorong keberhasilan Indonesia dalam menemukan beragam solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi, termasuk dalam upaya memulihkan kondisi perekonomian nasional. 

"Riset dan inovasi harus menjadi modal utama untuk melakukan lompatan kemajuan yang signifikan terlebih di momen krisis seperti ini," lanjut Bambang Brodjonegoro yang dikenal juga sebagai menteri inovasi.

Baca Juga: Huawei Luncurkan Solusi Cloud untuk Digital Payment, Ini 3 Manfaatnya

Ia juga menambahkan, riset berbasis Kecerdasan Artifisial ini diyakini mampu menjadi landasan dalam akselerasi inovasi, yang tidak saja mampu menjadi solusi pemulihan ekonomi, namun juga berperan penting dalam memperkuat kompetensi, daya saing global, serta kemandirian dan kemajuan Indonesia di masa depan.

Untuk itu, pendayagunaan terdepan seperti big data analitik dan juga Kecerdasan Artifisial (KA) menjadi bagian terintegrasi dalam membangun fondasi strategis ini.

Kemenristek/BRIN saat ini sedang mengembangkan Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial (KA) yang penerapannya akan fokus pada peningkatan kualitas layanan publik dan industri unggulan nasional.

Adapun program prioritas Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial (KA) Kemenristek/BRIN meliputi layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, mobilitas dan kota cerdas.

Strategi tersebut selaras dengan visi pemerintah "Indonesia Emas 2045" yang bertujuan mendorong ekonomi Indonesia menjadi kekuatan 5 Besar Dunia, serta menjadikan Indonesia lebih kompetitif secara global.

Melalui visi tersebut, Presiden Jokowi optimis Indonesia segera keluar dari middle-income trap dengan memprioritaskan Advanced Research & Innovation (R&I) dengan Kecerdasan Artifisial (KA) untuk meningkatkan nilai tambah pada industri dan ekspor guna mendorong pemulihan ekonomi.

Baca Juga: GMS Kedaluwarsa 13 Agustus, Bagaimana Nasib Smartphone Huawei Lawas?

Sementara itu, Huawei Indonesia juga  berkomitmen untuk memberikan dukungan optimal atas keseriusan Pemerintah Indonesia dalam melakukan pengembangan Kecerdasan Artifisial (KA) yang selaras dengan arah kebijakan nasional untuk penguatan daya saing dan kompetensinya di kancah global.

"Ini merupakan wujud penegasan komitmen jangka panjang kami untuk Indonesia di mana kami akan memberikan dukungan terhadap Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (KA) Indonesia, bersinergi dengan perguruan tingg-perguruan tinggi di Indonesia untuk mengembangkan SDM di bidang Kecerdasan Artifisial (KA), membangun ekosistem industri Kecerdasan Artifisial (KA) bersama perusahaan-perusahaan startup lokal dengan dukungan referensi dari keberhasilan penerapan teknologi kami di tingkat global,” tutur Jacky Chen, (CEO Huawei Indonesia).

Jacky juga menegaskan, tujuan dari dukungan Huawei yang terus berkelanjutan tersebut adalah untuk membantu keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan transformasi digital dan penguatan ekonomi melalui inovasi-inovasi berbasis Cloud, Kecerdasan Artifisial (KA), 5G, dan Huawei Mobile Services (HMS).

Pada kesempatan yang sama, Dr. Ir. Taufiek Bawazier, M.Si (Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika /ILMATE), mengatakan bahwa teknologi kecerdasan artifisial (AI) merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan produktivitas di tujuh sektor prioritas menuju era revolusi industri 4.0, serta mendukung penyerapan produk-produk nasional oleh pasar internasional.

“Saya mengapresiasi Huawei untuk meningkatkan pengetahuan, terutama menyiapkan SDM unggul karena di sisi industri membutuhkan tenaga kerja yang bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk kepentingan Nasional," tambah Taufiek Bawazier.

Saat ini, Huawei didukung oleh sekitar 96.000 karyawan yang fokus di bidang riset dan pengembangan, meliputi lebih dari 700 PhD spesialis matematika, lebih dari 200 PhD di bidang fisika dan kimia, serta lebih dari 5.000 PhD di bidang teknik. Huawei juga telah membangun kemitraan dalam riset dan inovasi dengan lebih dari 300 universitas dan dengan lebih dari 900 lembaga atau institusi riset di dunia.

Baca Juga: Huawei Mate 40 Pro, Ponsel Huawei Terakhir yang Pakai Prosesor Kirin