Find Us On Social Media :

Makin Digandrungi, ESET Berikan Panduan Mengamankan Akun TikTok

By Indah PM, Kamis, 27 Agustus 2020 | 22:30 WIB

TikTok

Popularitas TikTok boleh saja diacungi jempol. Menurut AppTrace, platform berbagi video pendek ini memiliki 1 miliar pengguna yang tersebar di 155 negara dan telah diunduh sampai 2 miliar kali.

Sementara, menurut laporan dari The Straits Times, pengguna TikTok di Asia Tenggara saja mencapai angka 190 juta, dengan Indonesia mendominasi 42% dari total keseluruhan atau 81 juta unduhan. Namun, sayangnya fenomena TikTok juga diikuti dengan sejumlah kekhawatiran dengan berbagai isu.

Per Desember 2019, personel militer AS bahkan tidak lagi diizinkan menggunakan TikTok. Pasalnya pihak militer AS menganggap aplikasi tersebut sebagai ancaman dunia maya. Regulator privasi dari UE juga memutuskan untuk mempelajari kebijakan privasi TikTok, bahkan CEO Reddit dengan keras mengutuk praktik TikTok.

Sementara itu, pengguna aplikasi asal Tiongkok juga menghadapi tantangan yang serupa dengan platform media sosial lainnya,  termasuk scammer, spammer, dan cyberbullies.

Untuk membantu pengguna melindungi diri, vendor sekuriti ESET memandu penggunaan opsi privasi dan keamanan yang TikTok berikan demi mengamankan dan melindungi akun pengguna.

1. Kelola Akun Saya

Saat mendaftar, Anda memiliki opsi untuk memilih salah satu sistem masuk tunggal, yaitu menggunakan nomor telepon atau e-mail. Pengguna juga dimungkinkan untuk mengaktifkan autentikasi akun, baik dengan mengirimkan pesan teks verifikasi ke nomor telepon atau mengautentikasi menggunakan e-mail.

2. Privasi dan Keamanan

Opsi ini pada dasarnya berfungsi sebagai hub untuk mengelola semua izin dan akses yang terkait dengan akun Anda. Saat membuat akun di TikTok, akun akan publik secara default, tetapi Anda dapat mengubah opsi di bagian Discoverability atau Kemampuan Untuk Ditemukan.

Di sisi lain, jika Anda mengikuti banyak pembuat konten, akan terbuka juga risiko menerima pesan yang meragukan. Untuk menghilangkan risiko tersebut dapat dilakukan dengan menonaktifkan pesan langsung sepenuhnya. Namun, jika tidak ingin melakukan hal itu, Anda dapat memblokir pengguna berdasarkan kasus per kasus, yang akan muncul di daftar blokir Anda.

Anda juga dapat memutuskan apakah pengguna lain dapat berduet dengan video Anda. Anda dapat memilih antara menonaktifkannya, mengizinkan semua orang untuk berduet dengan Anda, atau membatasinya hanya untuk teman-teman tertentu.

Anda pun dapat menandai video yang mungkin ingin Anda kunjungi lagi nanti, dengan cara menyukainya. Konten tersebut otomatis akan dikumpulkan di bagian video yang disukai di profil. Anda pun dapat mengizinkan semua orang untuk melihat apa yang Anda sukai atau membuatnya tetap pribadi dengan menekan tombol di setelan privasi.

Memoderasi komentar juga menjadi salah satu opsi yang diberikan kepada pengguna. Anda dimungkinkan untuk menonaktifkannya sepenuhnya, membatasinya untuk teman, atau mengizinkan semua orang untuk berkomentar.

TikTok juga menawarkan filter, yang secara otomatis akan memfilter spam dan komentar yang menyinggung saat diaktifkan, dan Anda dapat menyempurnakannya lebih jauh dengan menambahkan kata kunci tertentu, yang secara otomatis akan menyembunyikan komentar.

Sebelum dan sesudah mengunggah video, Anda pun masih dapat mengedit beberapa opsi privasi untuk masing-masing video seperti mengizinkan duet, komentar, dan menjadikan video itu publik atau pribadi.

Verifikasi Dua Langkah

Sementara itu, dalam opsi keamanan ada tawaran lapisan keamanan melalui Verifikasi 2 Langkah, fungsinya adalah untuk memverifikasi setiap kali ada login ke akun Anda, yaitu melalui SMS ke nomor ponsel yang didaftarkan dan akun e-mail.

Dengan langkah ini, setiap kali ada upaya login dari mana pun, pengguna akan dikirimi kode verifikasi melalui SMS atau e-mail, sehingga meminimalisir kemungkinan pembajakan atau peretasan akun dari peretas.

Mengomentari besarnya antusiasme penggunaan TikTok, Yudhi Kukuh selaku IT Security Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia menjelaskan bahwa seringkali kepopuleran sebuah aplikasi membuat para pengunduhnya lupa diri.

"Mereka ingin segera mungkin menggunakannya tapi tidak benar-benar memahami secara mendalam aplikasi yang digunakan. Terutama tentang proteksi keamanan akun, sehingga menempatkan mereka sebagai obyek yang mudah untuk dieksploitasi,” pungkas Yudhi.