Find Us On Social Media :

Menurut Facebook, Pertumbuhan Ekonomi Digital Akan Terakselerasi

By Cakrawala, Senin, 31 Agustus 2020 | 22:45 WIB

Menurut studi Facebook bersama Bain & Company, pertumbuhan ekonomi digital di Asia tenggara diperkirakan akan terakselerasi.

Facebook hari ini menyampaikan hasil studinya terkininya bersama Bain & Company mengenai pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara. Studi tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital di Asia tenggara yang diperkirakan akan terus terjadi, bahkan terakselerasi. Penyebabnya antara lain adalah makin banyaknya pembelian yang dilakukan secara daring berkat pandemi COVID-19. Pemerintah di berbagai negara Asia Tenggara memang melakukan pembatasan sosial untuk menekan penyebaran virus COVID-19 sehingga "memaksa" banyak pembelian dilakukan secara daring, termasuk grocery yang sebelumnya sangat minim. Kebiasan berbelanja daring yang timbul akibat pembatasan itu pun diprediksikan akan berlanjut pada banyak anggota masyarakat, meski nantinya pembatasan sosial yang dimaksud selesai.

Menurut studi terbaru, jumlah konsumen digital di Asia Tenggara yang diperkirakan akan tercapai pada tahun 2025 berdasarkan studi sebelumnya, akan tercapai pada akhir tahun 2020 ini. Dengan kata lain, pertumbuhan konsumen digital di Asia Tenggara menunjukkan akselerasi sekitar lima tahun. Porsinya sendiri pada populasi di Indonesia diperkirakan mendekati 70% pada akhir tahun ini. Oleh karena itu, bisnis sebaiknya menyesuaikan model bisnisnya agar bisa menjawab cara baru berbelanja tersebut.

“Satu dekade terakhir ini adalah tentang bagaimana menghadirkan konsumen di ranah online. Hari ini, dengan perpindahan konsumen digital yang pesat dari offline ke online, ditambah dengan perkembangan kebiasaan konsumsi dari rumah, kita akan melihat lebih banyak merek yang mengubah model bisnis mereka lebih dari "omni-channel" untuk memenuhi kebutuhan konsumen di mana mereka berada. Kuncinya adalah bisnis perlu menyesuaikan tren konsumen masa kini yang akan terus membentuk tatanan kebiasaan baru,” ujar Pieter Lydian (Country Director untuk the Facebook Company di Indonesia).

“Indonesia adalah negara yang dinamis dan tengah bertumbuh pesat untuk menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi digital secara regional. Jumlah konsumen digital Indonesia telah tumbuh secara eksponensial dan kebiasaan konsumsi mereka membentuk norma baru saat ini. Melihat ke masa depan, belanja online diperkirakan akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2025 dan mencapai nilai hampir US$72 Miliar,” sebut Edy Widjaja (Partner dari Bain & Company).

Studi sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2019, memprediksikan pada tahun 2025 akan terdapat konsumen digital sekitar 310 juta di Asia Tenggara. Namun, pada studi terbaru, jumlah sekitar 310 juta bersangkutan diyakini akan tercapai pada akhir tahun 2020. Pertumbuhan yang pesat itu pun terjadi di Indonesia. Studi terbaru tersebut memprediksikan jumlah konsumen digital di tanah air meningkat dari 119 juta pada tahun 2019 menjadi 137 juta pada tahun 2020. Secara porsi, bila sesuai prediksi, jumlah konsumen digital di Indonesia pada tahun 2020 sekitar 68% populasi.

Adapun menurut studi terkini Facebook serta Bain & Company, pasar e-commerce di Indonesia masih terbagi-bagi. Pada tahun 2020, konsumen digital di Indonesia mengunjungi secara rata-rata 5,1 situs daring sebelum mengambil keputusan sehubungan pembelian. Sebelumnya pada tahun 2019, konsumen digital di Indonesia mengunjungi secara rata-rata 3,8 situs daring sebelum mengambil keputusan sehubungan pembelian. Dengan kata lain terdapat peningkatkan yang signifikan.

Dua alasan utama yang dipercaya mendasari perilaku konsumen digital di Indonesia itu, yakni mencari ketersediaan produk yang lebih baik dan harga produk yang lebih terjangkau. Selain mengunjungi lebih banyak situs, sebanyak 45% konsumen di Indonesia juga mengganti merek dari produk yang sering mereka beli. Oleh karena itu, terdapat potensi yang sangat besar untuk membangun loyalitas dan pertumbuhan merek.

Studi terkini Facebook serta Bain & Company dilakukan terhadap sekitar 16.500 konsumen digital dan wawancara dengan sekitar 20+ CXO di enam negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Konsumen digital yang disurvei adalah mereka yang telah melakukan transaksi daring setidaknya untuk 2 kategori produk dalam 3 bulan terakhir.